Liputan6.com, Jakarta Ekonom lembaga keuangan Goldman Sachs menurunkan prediksi pertumbuhan ekonomi China dari 8,2 persen menjadi 7,8 persen pada 2021. Pasalnya, China menghadapi kendala pada pembatasan konsumsi energi.
Laporan Goldman Sachs tersebut menulis, “Kendala yang relatif baru tersebut berasal dari adanya tekanan regulasi untuk memenuhi target konsumsi energi dan intensitas energi yang ramah lingkungan.”
Melansir dari CNBC, Rabu (29/9/2021), Presiden China Xi Jinping mengumumkan pada September 2020 bahwa China akan mencapai puncak emisi karbon pada 2030 dan terbebas dari karbon pada 2060.
Advertisement
Baca Juga
Oleh karena itu, perusahaan nasional dan daerah berencana mengurangi produksi batu bara dan proses produksi karbon tinggi lainnya.
Goldman melihat hal tersebut juga akan berdampak pada melambatnya penjualan properti dan aktivitas konstruksi di tengah krisis utang yang dialami oleh perusahaan real estate raksasa Evergrande China.
Selain itu, pengetatan peraturan di sektor lain untuk menekan angka penyebaran virus COVID-19 membebani perekonomian China.
Proses Produksi di Pabrik Harus Terhenti
Upaya untuk mengurangi emisi dan pasokan batu bara berdampak pada ketersediaan listrik di China. Proses produksi di berbagai pabrik, termasuk pemasok Apple dan Tesla menjadi terhenti.
Goldman menjelaskan, “Upaya untuk mengurangi emisi batu bara dan pengurangan impor batu bara telah mempengaruhi pasokan listrik setidaknya pada margin sehingga berkontribusi pada kenaikan harga yang tajam.”
Lebih lanjut, jumlah produksi dan dukungan fiskal yang berkurang akan membuat pertumbuhan ekonomi China melambat pada kuartal ketiga dan keempat tahun ini.
Diharapkan ekonomi China bisa bertumbuh sebesar 4,8 persen pada kuartal ketiga 2021 dibandingkan tahun lalu, serta 3,2 persen pada kuartal keempat. Sebelumnya, Goldman memperkirakan pertumbuhan ekonomi untuk kuartal ketiga sebesar 5,1 persen dan kuartal keempat sebesar 4,1 persen.
Advertisement
Dampak pada Pertumbuhan Ekonomi Asia Pasifik
Adanya ketidakpastian dalam perekonomian China mempengaruhi pertumbuhan ekonomi di seluruh Asia Pasifik.
Perusahaan pemeringkat S&P Global Ratings menurunkan perkiraan pertumbuhan ekonomi China pada 2021 dari 8,3 persen menjadi 8 persen.
Dengan demikian, perkiraan pertumbuhan ekonomi Asia Pasifik juga ikut menurun dari 7,5 persen menjadi 6,7 persen pada 2021.
Lalu, perusahaan tersebut mengatakan COVID-19 melemahkan perekonomian kawasan tersebut. Namun, tingkat vaksinasi yang meningkat saat negara-negara menjadi lebih toleran terhadap COVID-19 di masa mendatang memungkinkan ekonomi dibuka secara bertahap.
Reporter: Shania