Sukses

Erick Thohir: Tak Ada Waktu Lagi, Indonesia Harus Bersiap Hadapi Disrupsi Gelombang Kedua

Erick Thohir memprediksi gelombang kedua disrupsi di Indonesia dalam tiga tahun berpotensi menghasilkan sekitar USD 90 miliar.

Liputan6.com, Jakarta - Menteri BUMN Erick Thohir mengatakan, Indonesia harus segera bersiap dalam menghadapi transisi digital gelombang kedua. Bahkan ia menyebut bahwa tak ada banyak waktu lagi untuk mengantisipasi perubahan global yang terjadi.

Bahkan ia menaksir gelombang kedua disrupsi di Indonesia dalam tiga tahun berpotensi menghasilkan sekitar USD 90 miliar.

Diantaranya sektor keuangan senilai USD 14 miliar, kesehatan mencapai USD 17 miliar, pendidikan di angka USD 14 miliar, media dan hiburan USD 40 miliar, serta insurance USD 2 miliar.

“Nah kita harus siap atas transisi ini, dan jangka waktunya tidak lama, sangat khawatir kalau kita tak antisipasi dari disrupsi,” katanya dalam sesi diskusi virtual, dikutip Rabu (29/9/2021).

Dalam materi pemaparannya, Menteri Erick juga menyebut bahwa Amerika Serikat dan Tiongkok sedang berlomba menargetkan untuk menguasai pasar Indonesia dengan berbagai macam digital initiatives seperti intervensi merek Apple dan Huawei, serta media sosial TikTok dan Instagram.

 

 

* Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

2 dari 3 halaman

Potensi Ekonomi Digital Indonesia

Lebih lanjut, masih dalam materi paparan yang sama, Menteri Erick memproyeksikan pendapatan Ekonomi Digital Indonesia pada 2025 mendatang adalah sebesar USD 124 miliar.

Hal ini mengacu pada potensi-potensi yang dimiliki dan ada di Indonesia. Jumlah tersebut akan berkontribusi sebesar 0,5 persen dari tingkat Ekonomi Digital Global pada 2025 yang diprediksi mencapai USD 23.000 miliar.

“Ekonomi digital dapat berkontribusi lebih dari 10 persen terhadap PDB Indonesia tahun 2025,” tulis Erick.

 

3 dari 3 halaman

Posisi Ekonomi Digital Indonesia

Lebih lanjut, ia menampilkan posisi ekonomi digital Indonesia terhadap tahapan disrupsi digital secara global. Indonesia diketahui masih pada tahap awal.

“Disini contohnya, potensi kalau di cina ada 101 unicorn, amerika ada 207 unicorn, di kita baru ada 8, bisa jadi 25, nah karena itu, melihat mapping ini, strategi ini, kita harus jadi bagian yang mendorong ini,” katanya.

Pada tahap awal ini, Indonesia masih bergantung pada sektor E-commerce, Fintech, Transportation, dan travel.

Sementara China telah melanjutkan impor dan penyesuaian model-model bisnis digital baru serta mulai memimpin dalam inovasi mandiri. Sektor-sektor yang telah berkembang diantaranya e-commerce, Fintech, Hardware, Edutech, Cyber Security, dan Data Management.

Sementara itu, sebagai pemimpin ekonomi digital di dunia, Amerika Serikat telah mampu untuk lebih jauh mengembangakan sektor Virtual Reality, Aerospace, Artificial Intelligence, Food Tech, Video Game, serta Consumer and Retail.