Sukses

Pembangunan Pipa Gas RI Jalan di Tempat

Konsumen gas di dalam negeri terus teriak soal defisit gas. Belum bisa dipenuhinya kebutuhan gas domestik disebabkan penambahan jalur pipa distribusi dan transmisi gas di Indonesia masih jalan di tempat.

Konsumen gas domestik terus teriak soal defisit gas. Menurut Direktur Gas Bumi Badan Pengatur Hilir Minyak dan Gas (BPH Migas) Hendra Fadly, hal itu disebabkan penambahan jalur pipa distribusi dan transmisi gas di Indonesia masih  jalan di tempat.

"Panjang pipa Indonesia selama bertahun-tahun selalu 8.000 kilometer (km), sementara negara lain seperti Turki, Paskistan dan Thailand terus bertambah," jelas Hendra dalam seminar Open Acces, Jembatan Antara Produsen dan Konsumen, di Hotel Sultan, Jakarta, Rabu (12/12/12).

Di Turki misalnya, jaringan pipa transmisi gas di negara itu  dimonopoli oleh Botas, BUMN Turki. Pada 2002, panjang pipa transmisi yang dimiliki oleh Botas adalah 4.410 km, dan mengalami pengembangan yang cukup signifikan sehingga panjang jaringan pipa gas Botas pada 2008 sudah mencapai 11.094 km.

Inggris melalui perusahaan nasionalnya National Grid Pld telah memiliki popa transmisi dan distribusi gas sepanjang 132 ribu km. Sementara Perancis sudah mempunyai pipa sepanjang 37 ribu km yang dikelola GRTgaz dan TIGF.

Hendra menuturkan sebenarnya ada beberapa rencana pembangunan pipa di dalam negeri misalnya pipa Kalimantan-Jawa (Kalija) sepanjang 1.200 km.

Namun PT Bakrie& Brothers selaku pemenang tender pipa Kalija tidak dapat memulai kontruksi proyek itu karena terkendala kepastian pasokan gas yang akan didistribusikan melalui pipa itu. Padahal Bakrie sudah mendapatkan proyek itu sejak 27 Juli 2006.


"Ada beberapa ruas pipa yang mengalami hal serupa," tutur Hendra.

Hal ini diamini Anggota Komite BPH Migas Qoyum Tjandranegara. Menurut dia, faktor penyebab minimnya pembangunan pipa gas di Tanah Air disebabkan kurangnya koordinasi antara stakeholder di sektor migas.

"Sektor  hulu migas dan hilir kerja sendiri-sendiri. Dulu BPH Migas tender pipa Kalija karena sudah ada kepastian gasnya, tapi pas mau jalan ternyata gasnya tidak ada," paparnya. (NDW/IGW)
    Video Terkini