Sukses

Selalu Was-was Soal Masalah Keuangan, Ikuti 3 Saran dari Psikoterapis

Kecenderungan untuk khawatir dan gelisah mengenai masalah keuangan dapat menimbulkan dampak negatif, simak tiga strategi ini dari para ahli.

Liputan6.com, Jakarta Permasalahan mengenai keuangan bisa menjadi salah satu pemicu kekhawatiran atau stres di kalangan pekerja. Tidak jarang orang-orang yang sudah bekerja merasa gelisah dan cemas akan kondisi finansial yang dimiliki.

Melalui kekhawatiran yang dirasakan tentang keamanan kerja selama pandemi, berdampak pada aspek-aspek kehidupan Anda.

Ahli menemukan bahwa generasi atau kelompok muda lebih rentan untuk menghadapi berbagai tekanan dalam hal finansial.

“Kecemasan benar-benar dimaksudkan untuk membawa perhatian kita pada sesuatu karena pada dasarnya manusia terhubung untuk bertahan hidup,” jelas dokter kesehatan Mental Amanda Clayman yang juga menjadi pakar dalam masalah keuangan, melansir CNBC, Sabtu (2/10/2021).

Namun, berdasarkan pernyataan sebelumnya, kecemasan dapat melekat dan berdampak pada berbagai hal, salah satunya masalah ekonomi atau finansial.

Kecemasan finansial ternyata ditemukan lebih memiliki dampak lebih dibandingkan hanya mengkhawatirkan jumlah saldo Anda yang tertera pada mesin ATM.

Gangguan seperti ini serupa dengan gejala gangguan kecemasan umum, seperti tegang, mudah marah, dan memiliki beban pikiran.

Orang-orang mungkin menghindari diri dari mengecek saldo tabungan dalam rekening, dengan membayangkannya saja mungkin sudah menjadi pemicu Anda untuk cemas atau gelisah.

Clayman menjelaskan bahwa orang-orang menjadi lebih cenderung waspada ketika mengecek saldonya.

Hal tersebut mengakibatkan munculnya rasa obsesi baru untuk terus menabung. Menanggapi hal tersebut.

Clayman menyatakan tiga hal yang dapat membantu Anda untuk menentukan strategi finansial agar dapat terlepas dari rasa khawatir atau gelisah yang berlebih. Apa saja?

 

 

 

2 dari 3 halaman

Bangun Hubungan dengan Kondisi Finansial

“Salah satu hal terbaik yang dapat dilakukan adalah menciptakan hubungan dengan uang dan memahami bahwa uang tidak hanya diperlakukan sebagai sebuah masalah yang harus dipecahkan,” jelas Clayman.

Faktor budaya, lingkungan sekitar, hingga pola asuh orang tua memengaruhi seseorang dalam melihat uang dan cara mengelolanya. Misalnya, Anda mungkin tumbuh besar dengan berpikir bahwa orang tua Anda sangat bijak dalam mengatur keuangan.

Faktanya, dorongan tersebut dilakukan karena adanya pekerjaan dengan pendapatan yang stabil sehingga kegiatan menabung yang dilakukan dapat berjalan mulus.

Mengacu pada pengalaman orang tua, ketika hal tersebut tidak berjalan mulus pada karier Anda, akan muncul rasa malu.

Perasaan seperti itu yang mendorong dan bisa menjadi pemicu utama seseorang untuk selalu mencemaskan masalah keuangan dan memiliki kecenderungan untuk menghindari situasi.

“Kamu mungkin sangat khawatir secara pribadi tentang keputusan finansial yang salah, kami merasa itu adalah ancaman yang signifikan pada harga diri,” jelasnya. Fenomena ini sudah umum dan banyak terjadi di kalangan masyarakat.

Dalam hal keuangan, seringkali kita memaksakan diri untuk mengontrol atau menetapkan aturan untuk menghadapi kecemasan dibandingkan melihat secara objektif terhadap perilaku dan keputusan finansial yang biasa kita ambil.

Alih-alih menyarankan untuk melakukan latihan atau membiasakan diri memeriksa kondisi keuangan secara teratur. Kegiatan atau rutinitas ini merupakan cara yang paling sederhana untuk membangun dan mengetahui tujuan dari keuangan dan diri Anda di masa mendatang.

 

 

3 dari 3 halaman

Lakukan Pengecekan Rutin

Ketika pikiran memikirkan hal-hal yang membuat Anda cemas, tubuh juga akan memberikan respons negatif sehingga otak Anda menjadi tidak dapat fokus untuk melihat masalah yang terjadi.

Kecenderungan orang pada umumnya adalah menghindari keuangan mereka atau menjadi terobsesi untuk terus mengecek atau mengatur hal tersebut. Dua kemungkinan tersebut merupakan hal yang paling sering terjadi.

“Penting untuk menjadwalkan waktu untuk melihat uang sehingga Anda dapat mendekatinya dalam ‘pengaturan yang lebih aman dan terfokuskan’,” ujar Clayman.

Lakukan kegiatan tersebut secara sederhana. Misalnya, pilih tiga hal untuk dilakukan setiap kali melakukan pengecekan, yaitu tinjau kembali keluar masuknya uang Ada, memprediksi pengeluaran darurat, buat penyesuaian untuk mencegah adanya sikap reaktif.

Penelitian telah menunjukkan bahwa peningkatan literasi keuangan berkaitan dengan penurunan kecemasan finansial. Setelah lebih terbiasa dengan kegiatan transaksi dari keuangan, tidak akan terlalu ada perasaan terkejut/cemas bila tiba waktunya untuk Anda melakukan pengecekan.

 Apa Makna dari Kecemasan yang Dirasakan?

Mungkin ada alasan emosional yang lebih dalam mengapa Anda merasa cemas tentang uang Anda. Misalnya, ‘apakah Anda takut kehilangan kendali atas sesuatu yang tidak terkait?’, sehingga Anda mengeluarkannya untuk keuangan Anda.

Dengan mau mengakui kecemasan Anda pada saat itu dapat menciptakan pemisahan atau jarak untuk menggali lebih dalam dan mencari tahu apa yang terjadi.

Terlepas dari kecemasan yang mungkin akan datang lagi di masa mendatang atau mengganggu aktivitas keseharian Anda, cobalah mencari bantuan dari seorang ahli, bisa dokter kesehatan mental seperti psikolog, atau ahli perencana keuangan untuk membantu Anda mengurangi rasa khawatir.

Reporter: Caroline Saskia