Liputan6.com, Jakarta - Indonesia berhasil menjalankan uji terbang Pesawat CN 235 dengan menggunakan bahan bakar Bioavtur J2.4 atau avtur sawit. Dalam uji coba ini pesawat buatan PT Dirgantara Indonesia (Persero) tersebut terbang di ketinggian 10.000 kaki selama 1 jam 20 menit.
Dalam uji coba bioavtur ini, bahan bakar yang digunakan adalah avtur yang mengandung 2,4 persen minyak inti kelapa sawit dengan menggunakan katalis.
Kementerian Perhubungan (Kemenhub) telah menetapkan rencana aksi penurunan gas rumah kaca dengan menggunakan biovatur untuk bahan baku transportasi udara sejak 2013. Dalam aksi ini ditetapkan penggunaan bioavtur terus ditingkatkan secara bertahap.
Advertisement
"Melalui keputusan Kementerian Perhubungan tahun 2013 tentang rencana aksi nasional penurunan gas rumah kaca, telah ditetapkan rencana penggunaan bioavtur dari 2 persen di tahun 2016, lalu 3 persen di tahun 2020 dan 5 persen di tahun 2025," Dirjen Perhubungan Udara, Kementerian Perhubungan Novie Riyanto, Rabu (6/10/2021).
Di 27 Desember 2017, Kementerian Perhubungan menggandeng Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) telah menandatangi kesepatakan penggunaan bahan bakar nabati pada pesawat udara. Selain itu kesepakatan tersebut juga masuk dalam RNE berkelanjutan di bandar udara.
Harus diakui, kata Novie, pengembangan bioavtur untuk bahan bakar pesawat ini menjadi isu strategis. Membutuhkan teknis yang pajang untuk meyakinkan para pemangku kepentingan. Sebab bioavtur merupakan teribsan baru dalam sektor penerbangan.
"Kami sadari pengembangan bioavtur ini isu strategis, membutuh teknis panjang untuk yakinkan stakeholder karena ini terobosan baru," kata dia.
Baca Juga
Â
Â
* Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.
Ujicoba Berhasil
Perjalanan panjang menemukan titik cerah ketika ujicoba terbang yang dilakukan berhasil. Uji terbang dilakukan pada Kamis, 9 September 2021 menggunakan Pesawat CN 235-220 Flying Test Bed (FTB) buatan PT Dirgantara Indonesia (PTDI).
Dalam ujicoba tersebut dilakukan di ketinggian 10.000 kaki selama 1 jam 20 menit, sesuai dengan test sequence di sekitar Pelabuhan Ratu Sukabumi pada ketinggian 10.000 kaki.
"Kami sangat bangga kepada tim riset yang sudah menyelesaikan ini. Dengan telah berhasil uji statisik dan telah melakukan uji terbang pada pesawat CN235 dengan hasil yang baik," kata dia.
"Kami ucapkan terima kasih kepada pihak yang berkolaborasi dan memastikan Indonesia sejajar dengan negara lain yang mampu produksi bioavtur dengan sumber daya kita sendiri," kata dia mengakhiri.
Reporter: Anisyah Al Faqir
Sumber: Merdeka.com
Advertisement