Sukses

Kata BUMN Soal Proyek Kereta Cepat Indonesia China Pakai Uang APBN

Staf Khusus Menteri BUMN, Arya Sinulingga menuturkan, berbagai hal yang jadi alasan pembengkakan dana proyek kereta cepat Jakarta-Bandung atau Kereta Cepat Indonesia China.

Liputan6.com, Jakarta Pendanaan proyek Kereta Cepat Indonesia-China (KCIC) yang membengkak sehingga pemerintah memutuskan menambahkan APBN untuk membiayainya menjadi sorotan banyak pihak. Saat ini progress pembangunan kereta cepat sudah mencapai hampir 80 persen.

Staf Khusus Menteri BUMN, Arya Sinulingga menuturkan, berbagai hal yang jadi alasan pembengkakan dana proyek kereta cepat Jakarta-Bandung tersebut.

Mulai dari perubahan desain yang dipandang wajar di tengah pembangunan, hingga dampak pandemi Covid-19 yang mengganggu arus keuangan pemegang saham proyek.

Arya mengacu pada pembangunan di negara-negara maju lain dalam melakukan pembangunan serupa. Dengan kendala yang dihadapi, ia melihat hal biasa adanya perubahan atau peningkatan anggaran pembangunan.

Selain proyek kereta cepat, ia juga menyoroti tentang proyek-proyek yang memiliki proses cukup panjang seperti pembuatan jalan tol. Perubahan desain di tengah-tengah pengerjaan, katanya, jadi salah satu faktor.

“Di mana-mana ketika kita membuat kereta api cepat dan yang seperti ini kayak jalan tol dan sebagainya, itu memang di tengah perjalanan apalagi yang panjang (prosesnya) itu, ditengah jalan pasti ada perubahan-perubahan desain karena ada kondisi geografis dan geologis yang berbeda, berubah dari awal yang diperkirakan,” katanya kepada wartawan, dikutip Minggu (10/10/2021).

“Hampir di semua negara mengalami hal yang sama apalagi ayng pertama kali, pasti ada perubahan-perubahan desain dan itu buat bengkak biaya,” imbuhnya.

Sementara itu, di sisi lain, perubahan harga tanah yang meningkat juga masuk dalam daftar faktor penambahan biaya proyek kereta cepat ini.

“Harga tanah juga ada perubahan-perubahan ada kenaikan-kenaikan harga, itu wajar itu terjadi. Di hampir semua pembangunan yang kita lakukan dari sisi jaman dulu itu pasti ada perubahan-perubahan disana yang membuat ada pembengkakan dana anggaran, jadi dua ini yang membuat anggaran ini juga jadi naik,” katanya.

Selanjutnya, Arya menampik tudingan minimnya perencanaan pemerintah sehingga membuat biaya KCIC bengkak. “Jangan dikatakan ini perencanaannya ‘wah sebelumnya bagaimana ini bagaimana itung-itungannya’,” kata Arya.

 

2 dari 3 halaman

Cashflow Pemegang Saham Terganggu

Arya merinci kendala yang dihadapi proyek KCIC tersebut sehingga memerlukan tambahan dana. Salah satunya adalah arus keuangan pemegang saham proyek yang terganggu akibat pandemi.

Tak lain, penyebabnya adalah adanya Covid-19 yang menghambat sektor sehingga arus keuangan atau cash flow para pemegang saham pun terdampak. Sehingga itu juga memengaruhi proses pengerjaan proyek KCIC yang sedang berjalan.

Sekadar informasi, konsorsium proyek kereta cepat dikerjakan beberapa BUMN yakni PT Wijaya Karya (Persero) Tbk, PT Perkebunan Nusantara III (Persero) atau PTPN, PT Jasa Marga (Persero) Tbk, dan PT KAI (Persero).

“Nah problem-nya adalah ini korona datang, dan kita ingin supaya pembangunan ini tepat waktu, jangan tertunda dan corona datang ini membuat ada beberapa hal yang menjadi agak terhambat, pertama bahwa pemegang sahamnya seperti WIKA cashflow-nya terganggu karena korona,” lanjut dia.

“Karena kita tahu bahwa pembangunan-pembangunan dalam hal ini akhirnya terhambat juga,” imbuh Arya.

Selain itu, kata dia, Kereta Api Indonesia turut terdampak karena jumlah penumpang yang menurun drastis sehingga tak bisa menyetor dana pada proyek KCIC sesuai dengan yang dipersiapkan sebelum adanya pandemi.

“Ataupun jasa marga, kita tahu jasa marga juga kita tahu bahwa semua program-program mereka terhambat nih, mereka kapasitas tol kita berapa bulan itu tidak sama dengan sebelumnya. Itu membuat mereka jadi agak terhambat, untuk menyetor dana, demikian juga dengan PTPN,” paparnya.

Di awal pernyataan, Arya menyebut kereta cepat dibutuhkan oleh negara modern dimanapun dalam arti penunjang negara maju.

Sehingga, ia mengamini dalam perjalanan menuju negara maju, Indonesia juga perlu menuntaskan proyek kereta cepat.

“D imana-mana pasti ada kereta api cepat di negara modern dan kita menuju negara modern dan ketika Pak Jokowi memutuskan untuk sepakat membangun kereta api cepat, itu adalah menuju Indonesia (menuju) negara modern,” kata Arya.

 

3 dari 3 halaman

Infografis Kereta Tercepat