Liputan6.com, Jakarta - Harga kapas melonjak ke level tertinggi dalam 10 tahun atau mencapai ke tingkat sejak 7 Juli 2011. Bahkan harga komoditas naik sekitar 6 persen pekan ini, dan naik 47 persen tahun ini.
Tercatat jika harga kapas mencapai USD 1,16 (sekitar Rp 16.509) per pon pada Jumat 8 Oktober 2021. Â
"Pada tahun 2011, kita sampai berdoa untuk melihat titik terang," kata CEO Levi's, Chip Bergh tentang krisis kapas 10 tahun lalu, seperti dikutip dari CNBC, Senin (11/10/2021).
Advertisement
Namun saat ini, para analis dan pakar mengatakan banyak perusahaan pakaian jadi berada dalam posisi yang jauh berbeda dibandingkan pada tahun 2011. Sejauh ini, biaya yang lebih tinggi dibebankan kepada konsumen.
Bahkan Kepala Ekonom National Retail Federation, Jack Kleinhenz mengungkapkan jika harga kaos katun naik rata-rata sekitar USD 1,50 menjadi USD 2. Sehingga, konsumen merasakan dampak harga kapas dan juga memakan keuntungan perusahaan.
Bergh berdiskusi dengan para analis dan ahli yang mengatakan inflasi harga kapas saat ini akan kurang merusak industri.
Produsen dan pengecer memiliki kekuatan harga, maka dari itu, perusahaan akan dapat menanggung biaya yang lebih tinggi tanpa merusak permintaan konsumen. "Situasinya sangat berbeda hari ini," jelas Bergh.
"Kami dapat menentukan harga selama 12 bulan terakhir dan itu bertahan. ... Kami menetapkan harga di depan beberapa tekanan inflasi yang berdampak pada kami," imbuh dia.
Â
* Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.
Penyebab dan Dampak Kenaikan Harga Kapas Baru-baru Ini
Kenaikan harga kapas diperkirakan terjadi dari sejumlah faktor. Pada Desember 2020 lalu, pemerintahan mantan Presiden AS Donald Trump memblokir perusahaan-perusahaan di Amerika dari mengimpor kapas dan produk kapas lainnya yang berasal dari wilayah Xinjiang, Barat China karena kekhawatiran produksi yang menggunakan kerja paksa oleh kelompok etnis Uyghur.
Putusan itu, yang tetap berlaku selama pemerintahan Joe Biden, kini telah memaksa perusahaan-perusahaan China untuk membeli kapas dari AS, memproduksi barang-barang dengan kapas impor di China, dan kemudian menjualnya kembali ke AS.
Cuaca ekstrem, termasuk kekeringan dan gelombang panas, juga telah memusnahkan tanaman kapas di seluruh AS, yang merupakan pengekspor komoditas terbesar di dunia.
Di India, hujan monsun mengancam akan merusak produksi kapas di negara itu. Kenaikan harga kapas juga telah menekan saham HanesBrands, produsen pakaian yang terkenal di Amerika.
Secara historis, saham HanesBrands jatuh karena harga kapas naik. Sahamnya anjlok 7 persen selama seminggu terakhir. Pada hari Jumat saja (8/10), saham perusahaan itu turun 5 persen menjadi ditutup pada USD 16,23.
Advertisement