Sukses

Peternak Tuntut Pemerintah Serap 1.000 Ton Telur Sehari dan Atur Lagi Budidaya Ayam Petelur

Peternak mengeluhkan harga telur yang anjlok akibat melimpahnya produksi, yang tidak sebanding dengan konsumsi atau kebutuhan.

Liputan6.com, Jakarta Ratusan peternak dari sejumlah wilayah menggelar aksi damai di sejumlah lokasi di Jakarta, pada hari ini. Salah satu tuntutannya, meminta agar pemerintah dapat menyerap hingga 1.000 ton telur peternak sehari. 

Selain itu, Ketua Paguyuban Peternak Rakyat Nusantara (PPRN) Alvino Antonio juga menegaskan agar pemerintah dapat mengatur kebijakan budidaya ayam petelur hanya untuk peternak rakyat.

Artinya, perusahaan yang memiliki Grand Parent Stock (GPS), Parent Stock (PS) dan pakan serta afiliasinya, dilarang melakukan budidaya, menjual ayam hidup dan telur ke pasar tradisional.

"Kebijakan seharusnya berpihak untuk melindungi peternak rakyat. Budidaya ayam petelur dikembalikan 100 persen kepada peternak rakyat dengan menerbitkan Peraturan Presiden atau Keputusan Presiden," ucap Alvino melansir Antara, Senin (11/10/2021).

Seorang peternak asal Blitar, Rofi Yasifun mengatakan kebijakan tersebut dapat menjadi program pemerintah yang dapat melindungi peternak petelur dari kerugian yang mereka alami selama Juli 2021.

"Kita minta agar pemerintah membeli telur kami peternak rakyat untuk diserap minimal 1.000 ton per hari selama minimal satu minggu," kata Rofi melansir Antara di Jakarta, Senin (11/10/2021).

Dia mengeluhkan jika harga telur yang anjlok akibat melimpahnya produksi, yang tidak sebanding dengan konsumsi atau kebutuhan.

 

2 dari 2 halaman

Terus Merugi

Petani mengaku telah merugi sejak akhir Juli 2021 karena harga pakan yang terus meningkat. Saat ini, harga jagung pakan yang memakan 50 persen produksi sudah mencapai Rp 6.300 sampai Rp 6.800, dari sebelumnya berkisar Rp 4.500.

Di sisi lain, harga telur di tingkat peternak hanya mencapai Rp 12.500 hingga Rp 13.500 per kg atau jauh di bawah Harga Pokok Produksi (HPP) telur berkisar Rp 21.500-Rp 22.500 per kg.

"Kita setiap hari merugi antara Rp 8.000 sampai Rp 9.000. Harga pakan memang mahal, tapi yang utama kalau harga telur murah, kita akan gulung tikar. Sekarang pun sudah banyak yang gulung tikar," ujar Rofi.

Dalam aksi damai ini, peternak yang didukung Badan Eksekutif Mahasiswa dari empat universitas menyampaikan tuntutan di sejumlah titik, yakni Lapangan IRTI Monas, Kementerian Perdagangan, Kompleks DPR/MPR Senayan, Kementerian Sosial, Kantor Charoen Pokphand Indonesia, Japfa dan Kementerian Pertanian Ragunan, Jakarta Selatan.