Sukses

Gara-Gara Varian Delta, IMF Turunkan Proyeksi Pertumbuhan Ekonomi Global

IMF: pemulihan ekonomi melemah di sebagian besar negara maju karena dampak penyebaran COVID-19 varian Delta.

Liputan6.com, Jakarta - Dana Moneter Internasional (IMF) mengatakan bahwa pemulihan ekonomi melemah di sebagian besar negara maju karena dampak penyebaran COVID-19 varian Delta, juga gangguan rantai pasokan yang meluas yang berisiko menjadi hambatan bagi ekonomi dunia.

IMF juga mengatakan kepada BBC bahwa inflasi akan tetap tinggi untuk beberapa bulan ke depan di negara-negara maju seperti Inggris dan Amerika Serikat. Bank Sentral di negara-negara maju juga diperingatkan perlu waspada.

Dalam laporan World Economic Outlook terbarunya, IMF mengatakan momentum pemulihan ekonomi telah melemah ketika COVID-19 varian Delta yang sangat menular menghentikan kembalinya aktivitas normal.

Kepala ekonom IMF, Gita Gopinath menyebut salah satu masalah terbesar adalah inflasi yang tinggi, terutama di Inggris dan AS yang masing-masing mencapai 3,2 persen dan 5,3 persen.

Masalah tersebut disebabkan oleh ketidaksesuaian antara permintaan dan pasokan, tetapi juga dalam kasus harga gas yang melonjak di Inggris.

Dikatakannya juga bahwa inflasi kemungkinan akan stabil di sebagian besar negara pada pertengahan 2022, meskipun akan memakan waktu hingga 2023 di Inggris.

"Namun, bank sentral benar-benar harus waspada tentang apa yang terjadi," kata Golpinath, demikian dikutip dari BBC, Rabu (13/10/2021).

 

* Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

2 dari 2 halaman

IMF Pangkas Proyeksinya Pertumbuhan Ekonomi Global 2021

IMF memangkas proyeksinya untuk pertumbuhan ekonomi global pada tahun 2021 hanya sedikit menjadi 5,9 persen, tetapi mengatakan itu menutupi penurunan peringkat besar-besaran untuk beberapa negara kaya.

Khususnya, IMF memperkirakan ekonomi AS, tumbuh hanya 6 persen tahun ini - turun dari perkiraan 7 persen pada bulan Juli 2021.

Dikatakan ekonomi Jepang dan Jerman, akan berkembang masing-masing sebesar 2,4 persen dan 3,1 perssen - turun dari 2,8 persen dan 3,6 persen.

Ekonomi Inggris diperkirakan tumbuh sebesar 6,8 persen tahun ini - turun dari perkiraan sebelumnya sebesar 7 persen.

Namun, IMF mengharapkan sebagian besar negara maju untuk mengembalikan tren pertumbuhan ekonomi pra-pandemi mereka tahun depan karena masalah rantai pasokan mereda, dan melampauinya sekitar 1 persen pada tahun 2024.

Sementara itu, IMF menyebut ekonomi negara berkembang (tidak termasuk China) bisa jatuh dan tetap 5,5 persen di bawah perkiraan pra-pandemi mereka pada tahun 2024.

Perbedaan ini adalah konsekuensi dari 'kesenjangan vaksin yang besar' dan perbedaan besar dalam dukungan kebijakan," kata Gopinath.

"Sementara lebih dari 60 persen populasi di negara maju telah divaksinasi lengkap dan beberapa sekarang menerima suntikan booster, sekitar 96 persen populasi di negara berpenghasilan rendah masih belum divaksinasi," ungkapnya.