Sukses

Pesan Jokowi ke Mahasiswa: Cari Ilmu yang Banyak, Jangan Terbelenggu Jurusan

Menghadapi revolusi industri, Presiden Jokowi berpesan kepada para mahasiswa

Liputan6.com, Jakarta Presiden Joko Widodo (Jokowi) menekankan pentingnya perkembangan sumber daya manusia (SDM) dalam menghadapi revolusi industri 4.0. Oleh sebabnya, ia turut berpesan kepada para pelajar dan mahasiswa agar lebih banyak mengenyam ilmu pengetahuan dan teknologi.

Pengembangan SDM disebutnya jadi perhatian utama pemerintah, utamanya dalam hal pendidikan tinggi. Namun, Jokowi juga meminta agar para pelajar dan mahasiswa tidak terkungkung dengan jurusan yang dia pegang di Universitas.

"Kita harus memfasilitasi pengembangan talentanya. Jangan dipagari oleh program-program studi yang justru membelenggu, karena semuanya akan hybrid, hybirid knowledge, hybrid skill," pesan Jokowi di Istana Negara, Jakarta, Rabu (13/10/2021).

RI 1 menilai, yang namanya mahasiswa harus paham berbagai hal di luar bidang studi yang dipelajarinya. Terlebih dalam menyambut era revolusi industri 4.0, yang banyak memakai ilmu dari bidang matematika dan komputer.

"Bahasa bukan Bahasa Inggris saja, tapi bahasa coding penting ke depan. Karena ke depan banyak pekerjaan-pekerjaan yang hilang, tapi juga muncul pekerjaan-pekerjaan baru," tegasnya.

Sebagai contoh, dia menyoroti profesi kasir yang kini telah tergantikan oleh perangkat teknologi. Jokowi pun mewanti-wanti insinyur agar berhati-hati dengan sistem advanced robotik.

 

 

* Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

2 dari 2 halaman

Tak Berpuas Diri

Sekali lagi, Jokowi menghimbau agar mahasiswa tidak berpuas diri dengan ilmu pengetahuan baru yang didapatnya dari suatu jurusan. Sebab, hanya dalam hitungan satu semester saja, materi yang didapatnya bisa saja sudah usah, tidak terpakai lagi.

"Oleh sebabnya itu tugas universitas, tugas perguruan tinggi, harus mengajak dan jangan membiarkan mahasiswa (terjebak) rutinitas, monoton, tidak berani mencoba hal-hal baru, dan harus didorong mahasiswa untuk belajar di mana saja dengan siapa saja," ungkapnya.

"Tidak harus dengan para dosen, porsinya bisa diatur 30 atau 50 persen, tapi harus berani kita mulai. Taruh mahasiswa di perusahaan teknologi, untuk mereka belajar apa itu hyperloop, apa itu space act, apa itu advaced robotic. Itu semua memang harus karena kecepatan perubahan betul-betul sangat cepat sekali," tandasnya.