Sukses

Turun! Cek Harga Terbaru Emas Pegadaian Hari Ini 18 Oktober 2021

Berikut ini daftar lengkap dan terbaru harga emas Pegadaian pada 18 Oktober 2021.

Liputan6.com, Jakarta - PT Pegadaian (Persero) melayani penjualan dan pembelian beberapa jenis emas. Sebagian besar harga emas yang dijual Pegadaian pada Senin ini tercatat turun.

Selama ini, Pegadaian dikenal menawarkan layanan gadai. Namun, BUMN gadai ini juga ikut menjual jasa jual beli emas.

Harga emas Pegadaian mengikuti gerak pasar setiap harinya. Terdapat 4 jenis emas yang dijual yaitu emas Antam dan emas Retro. Selain itu, juga terdapat emas Batik dan emas UBS.

Setiap harinya harga emas Pegadaian bisa dipantau melalui website resminya, di www.pegadaian.co.id.

Pada hari ini, sebagian besar harga produk emas yang dijual di Pegadaian terpantau turun, tetapi memang ada beberapa yang tak berubah.

Berikut ini daftar lengkap dan terbaru harga emas Pegadaian pada 18 Oktober 2021:

Harga Emas Antam

0,5 gram = -

1 gram = -

2 gram = Rp 1.837.000

3 gram = Rp 2.730.000

5 gram = Rp 4.515.000

10 gram = Rp 8.917.000

25 gram = Rp 22.297.000

50 gram = Rp 44.512.000

100 gram = Rp 88.942.000

250 gram = Rp 222.077.000

500 gram = Rp 443.935.000

1000 gram = Rp 887.927.000

 

Harga Emas Retro

0,5 gram = Rp 482.000

1 gram = Rp 902.000

2 gram = Rp 1.787.000

3 gram = Rp 2.654.000

5 gram = Rp 4.410.000

10 gram = Rp 8.765.000

25 gram = Rp 21.787.000

50 gram = Rp 43.494.000

100 gram = Rp 86.911.000

 

Harga Emas Antam Batik

0,5 gram = Rp 600.000

1,0 gram = Rp 1.106.000

8,0 gram = Rp 8.345.000

 

Harga Emas UBS

0,5 gram = Rp 483.000

1 gram = Rp 905.000

2 gram = Rp 1.795.000

5 gram = Rp 4.434.000

10 gram = Rp 8.821.000

25 gram = Rp 22.007.000

50 gram = Rp 43.923.000

100 gram = Rp 87.810.000

250 gram = Rp 219.458.000

500 gram = Rp 438.399.000

1000 gram = Rp 875.851.000

 

Reporter: Caroline Saskia

 

 

* Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

2 dari 2 halaman

Harga Emas Diprediksi Masih Alami Tekanan Sepanjang Pekan

Sebelumnya, harga emas mengalami tekanan yang cukup besar pada perdagangan pekan lalu setelah gagal menembus level resisten di USD 1.800 per ons atau sekitar Rp 25,2 juta per ons (estimasi kurs 14.000 per dolar AS). Pada pekan ini, harga emas masih masih mengalami tekanan yang cukup berat karena beberapa sentimen.

Kepala strategi pasar Blue Line Futures Phillip Streible mengatakan, tekanan harga emas di sebabkan oleh beberapa sentimen seperti ekspektasi suku bunga dari Bank Sentral AS atau the Federal Reserve (the Fed) hingga adanya risiko di pasar modal atau ekuitas.

"Emas mengalami resistensi besar-besaran. Suku bunga the Fed mengindikasikan kenaikan tahun depan. Ada pembicaraan yang lebih kecil, imbal hasil naik, dan risiko ekuitas kembali. Komoditas lain memainkan inflasi yang jauh lebih baik, seperti kapas dan tembaga," ujar Streible, seperti dikutip dari Kitco, Senin (18/10/2021).

"Emas memiliki begitu banyak resistansi di harga USD 1.800, USD 1.805, dan USD 1.815. Level kritis yang harus dipertahankan adalah USD 1.750. Jika kita menembus harga itu, maka kita bisa melihat harga emas akan terus turun ke USD 1.720 dan USD 1.685," bebernya.

kepala strategi global TD Securitiesm Bart Melek menyebutkan bahwa sebagian besar kecemasan yang terjadi pada harga emas saat ini dapat dikaitkan dengan perkembangan teknis. Menurutnya, emas bereaksi terhadap kenaikan penjualan ritel.

"Yang penting, secara teknis, harga tidak melewati USD 1.800. Emas naik tepat di atas USD 1.796, yang merupakan rata-rata pergerakan selama 200 hari tetapi gagal untuk dihilangkan. Dan itu memberi seseorang izin untuk menjual lagi," jelas Melek.

"Ini adalah kombinasi dari kegagalan untuk meyakinkan bergerak di atas level teknis utama dan kurva imbal hasil meningkat, dengan imbal hasil 10-tahun naik. Dolar AS juga melambung," imbuhnya.

Sedangkan berdasarkan hasil survei harga emas Kitco menunjukkan bahwa dari 13 analis yang berpartisipasi. Dari jumlah tersebut, opini hampir terbagi rata. Sebanyak 38,5 persen bullish, lalu 38,5 persen bearish, dan 23 persen memilih netral.

Sisi Main Street atau pelaku pasar tetap lebih optimis. Dari 1.425 investor ritel yang berpartisipasi, sebanyak 68 persen optimis. Lalu 19 persen  bearish, dan 13 persen netral.Â