Liputan6.com, Jakarta - Perusahaan listrik di Amerika Serikat meningkatkan penggunaan batu bara seiring melonjaknya harga gas alam.
Prediksinya, pembangkit listrik berbahan bakar batu bara di AS akan melonjak 22 persen pada tahun ini, mengutip Administrasi Informasi Energi AS (EIA), seperti dikutip dari CNN, Selasa (19/10/2021).
Baca Juga
Lonjakan itu akan menandai peningkatan tahunan pertama dalam pembangkit listrik tenaga batu bara di AS sejak 2014, menurut EIA.
Advertisement
Batu bara telah lama menjadi sumber bahan bakar utama untuk jaringan listrik AS — meskipun jejak lingkungannya adalah yang terbesar.
Dalam beberapa tahun terakhir, batu bara sebenarnya mulai ditinggalkan karena kekhawatiran pada risiko krisis iklim dan karena melimpahnya gas alam yang sangat murah.
Konsumsi batu bara di AS turun pada 2019 untuk tahun keenam berturut-turut. Konsumsi turun ke level terendah sejak 1964, karena harga gas alam turun ke rekor terendah.
Namun tren ini telah berbalik dalam beberapa bulan terakhir karena lonjakan harga gas alam, membuat harga batu bara jadi lebih kompetitif.
Â
* Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.
Biaya Pengiriman Gas Alam ke AS Naik Lebih Dari Dua Kali Lipat
Biaya pengiriman gas alam ke pembangkit listrik AS rata-rata mencapai USD 4,93 per juta unit termal Inggris tahun ini - lebih dari dua kali lipat harga tahun 2020, kata EIA.
Ini terjadi setelah pembangkit listrik AS menghentikan hampir sepertiga dari kapasitas pembangkit mereka di pembangkit batu bara sejak 2010.
Namun EIA juga mengingatkan bahwa kebangkitan pembangkitan batu bara di AS "kemungkinan besar tidak akan berlanjut."
Laporan tersebut memperkirakan penurunan 5 persen dalam pembangkit listrik tenaga batu bara di AS pada 2022 mendatang, karena penghentian unit berbahan batu bara dan harga gas alam yang sedikit lebih rendah.
Advertisement