Sukses

Keuangan Negara Diharapkan Jadi Penyembuh dan Pembangkit Ekonomi

Keuangan negara harus mampu mengantisipasi berbagai krisis yang melanda dunia kedepannya.

Liputan6.com, Jakarta Berkaca pada berbagai krisis yang terjadi di Indonesia, aspek keuangan negara dipandang jadi instrumen penting membangkitkan perekonomian. Bahkan Menteri Keuangan, Sri Mulyani Indrawati menilai keuangan negara harus bisa menyehatkan.

Keuangan negara harus mampu mengantisipasi berbagai krisis yang melanda dunia kedepannya. Selain pandemi, banyak potensi lain yang akan menyerang kedepannya seperti krisis iklim.

“Kemudian dari digital destruction, semuanya kalau pada akhirnya dia menyerang atau menyebabkan orang berubah, dan perubahan itu bisa painful untuk aspek sosial, politik, dan ekonomi, maka kalau negara hadir, negara itu harus melindungi,” kata Sri Mulyani di Jakarta, Minggu (24/10/2021).

Dalam persiapan menghadapi berbagai potensi tantangan itu, kata dia, keuangan negara harus sehat dan bisa menyehatkan.

“Kita harus saling menyehatkan karena pada saat keudian ekonomi ambruk, dia harus menjadi penyembuh dan penarik ekonomi balik lagi,” jelas dia.

Maka, pada saat keadaan ekonomi sedang membaik, perlu dilakukan akumulasi amunisi dalam melawan krisis.

“Jadi depth to GDP preasure-nya kita turunkan, defisitnya kita turunkan, sehingga kita punya yang disebut fiscal space, begitu terjadi hantaman, fiscal space itu yang kita pakai,” katanya.

“Waktu terjadi krisis 98, adanya bailout dari obligasi yang jadi bounce recap. Terus kita sehatkan, baru kita sehatkan 10 tahun, kena krisis kedua 2008, tapi kita udah relatif sehat, tapi kena itu. Disehatkan lagi kena covid-19,” tambahnya.

 

2 dari 2 halaman

Keuangan Negara sebagai Instrumen Penting

Sri Mulyani menekankan bahwa dari segala krisis yang terjadi ujung bebannya adalah keuangan negara. Ia mengaku senang dengan banyak pihak yang saat ini melihat aspek keuangan negara.

“Banyak pihak melihat keuangan negara sangat-sangat detail itu saya seneng banget, tahun 97-98 gak ada yang lihat APBN, dianggap taken for granted, di 2008-2009 pun gak ada yang lihat APBN,” jelas dia.

Namun, saat menghadapi krisis pandemi Covid-19 saat ini, banyak orang yang bahkan menyoroti tentang APBN dan utang yang diambli Indonesia. Poinnya, adalah seluruh pihak menilai kalau keuangan negara adalah instrumen penting.

“Sekarang semua orang ngurusin utang, semua orang mengurusi itu, jadi is good kita punya ownership terhadap keuangan negara, semuanya menyadari bahwa keuangan negara itu adalah instrumen yang luar biasa penting yang akan dan harus hadir pada saat negara menghadapi kemungkinan terjadinya (krisis),” tuturnya.

Ia juga mengingatkan Indonesia setelah melalui tiga krisis mulai dari krisis 1998, 2008, dan pandemi Covid-19, harus mampu melihat dari berbagai sisi. Baik dari siis legal atau aturan, hingga sisi sosial yang memiliki dampak yang baik.

“Sisi ekonomi keuangan jelas banyak sekali, keuangan negara saja ini krisisnya ini bisa jadi sesuatu ayng luar biasa. Kalau dari sisi moneter saya lihat mustinya BI juga sudah cukup banyak meng-capture-nya,” katanya.