Sukses

Pesan Sri Mulyani ke Generasi Muda: Jangan Pernah Lupakan Sejarah

Krisis ekonomi di Indonesia bukan yang pertama kali terjadi. Sri Mulyani menuturkan setidaknya ada dua krisis ekonomi lain yang sempat menerjang Indonesia.

Liputan6.com, Jakarta Pandemi Covid-19 membuat banyak negara mengalami krisis ekonomi. Menteri Keuangan (Menkeu) Sri Mulyani pun berpesan kepada generasi muda untuk tidak melupakan sejarah salah satunya krisis ekonomi.

Krisis ekonomi di Indonesia bukan yang pertama kali terjadi. Sri Mulyani menuturkan setidaknya ada dua krisis ekonomi lain yang sempat menerjang Indonesia.

Referensi cara Indonesia keluar dari krisis ini yang harus jadi tetap diperhatikan generasi muda Indonesia.

“Jangan pernah melupakan sejarah yang bisa kita pelajari untuk membuat kita berjalan ke depan secara lebih baik yang lebih siap dalam hal ini,” kata dia di Jakarta, Minggu (24/10/2021).

Ia menceritakan, banyak dari timnya di Kementerian Keuangan adalah generasi muda yang tidak secara langsung mengalami krisis pada 1998 maupun 2008.

“Banyak sekali tim saya itu waktu krisis 97-98 itu baru berumur mungkin tujuh tahun sembilan tahun, sementara kita bergulat begitu banyak, dan pada krisis 2008-2009 sudah mulai punya memori tapi masih SMA, dalam hadapi krisis ini dia gak punya beban masa lalu tapi mungkin juga gak ada referensi masa lalu,” paparnya.

Kendati begitu, ia menilai adanya ide-ide segar yang dikeluarkan generasi muda dalam mencari solusi keluar dari krisis akibat Pandemi Covid-19. ““Tapi mereka punya fresh idea, which is bagus, namun jangan pernah melupakan sejarah yang bisa kita pelajari,” tutur dia.

Sri Mulyani mengaku kagum pada pribadi-pribadi yang begitu jumawa mengetahui banyak hal. Namun, ia mengingatkan bahwa ia sendiri belum mengetahui banyak hal.

“Kepada generasi muda saya sampaikan kalian punya banyak opportunity masa depan, tapi Anda tidak akan heran, kalau orang Jawa bilang ojo gumunan, ojo kagetan, jangan cepat kagum dan kaget, bahwa banyak fenomena kita bisa pelajari dari masa lalu,” katanya.

“Kalau kita lebih siap dan lengkap kita selalu bisa hadapi potensi apapun kedepan dengan siap dan baik,” tambah dia.

Sedikitnya tiga krisis terjadi di Indonesia. Pada 1998 yang jadi puncak krisis moneter, terjadi krisis yang bermula di Asia Tenggara dan Asia Timur yang kemudian berdampak pada negara lainnya di dunia.

Disusul pada 2008 krisis ekonomi global yang bermula dari Amerika Serikat yang tak berdampak terlalu besar pada perekonomian Indonesia.

Namun, mampu melahirkan Otoritas Jasa Keuangan sebagai instrumen pengawasan selain Bank Indonesia. Pada momentum ini pula, forum G20 menginisiasi pertemuan kepala negara sebagai cara untuk mencari solusi keluar dari krisis.

Lalu, sejak 2020, Indonesia diserang covid-19 yang berdampak pada kegiatan ekonomi masyarakat indonesia sehingga menurunkan pertumbuhan ekonomi nasional. Krisis-krisis ini, bisa jadi gambaran dalam menghadapi krisis kedepannya.

 

2 dari 2 halaman

Belajar dari Krisis

Terkait Presidensi G20 yang bakal digelar di Indonesia pada akhir tahun ini, Menkeu Sri Mulyani menyebut akan dibahas mengenai bagaimana mengatasi krisis karena pandemi Covid-19. Namun, ia menekankan, forum akan membahas dan ikut belajar dari krisis-krisis sebelumnya.

“Pandemi ini bukan pertama dan terakhir di dunia, sekarang di G20, itu adalah pertemuan di masa covid-19 dimana kepala negara akan belajar dari krisis 2008-2009,” katanya.

“Membahas mekanisme (menyikapi krisis) dunia yang sifatnya bisa menjalar antar negara dan timbulkan systemic impact, tak hanya neraca pembayarannya, tapi ada domino efek,” tambahnya.

Pada presidensi G20 mendatang, Menkeu Sri Mulyani menuturkan bahwa yang akan dibahas selanjutnya terkait krisis antar negara yang sifat dampaknya tak diskriminatif. Dan mencari solusi untuk menanggulangi hal tersebut.

“Mau apapun negaranya atau tingkat ekonominya, semua bisa kena, dan permasalahannya apakah antar negara ada mekanisme untuk mengurangi krisis ini. permasalahannya tak Cuma uang, tapi juga soal kesehatan dan kedepan soal climate change,” katanya.

Sehingga kedepannya akan hadir diskusi-diskusi multidimensi yang mencakup berbagai aspek itu dengan tujuan menghadirkan solusi keluar dari krisis.