Sukses

Sri Mulyani Wanti-Wanti Tren Kenaikan Harga Komoditas Bisa Picu Inflasi

Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati mengatakan tren kenaikan harga komoditas pangan perlu diwaspadai, termasuk di tengah gangguan cuaca di beberapa wilayah dunia

Liputan6.com, Jakarta - Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati mengatakan tren kenaikan harga komoditas pangan perlu diwaspadai, termasuk di tengah gangguan cuaca di beberapa wilayah dunia, yang dikhawatirkan akan memicu Inflasi bagi Indonesia maupun dunia.

“Indeks harga pangan yang harus kita waspadai karena kita khawatir nanti akan bisa menjadi pemicu inflasi. Jadi indeks harga pangan ini merupakan hal yang perlu untuk kita waspadai,” kata Menkeu Sri Mulyani dalam APBN KITA Edisi Oktober 2021, Senin (25/10/2021).

Menkeu menerangkan, kewaspadaan itu muncul lantaran tren ekonomi global maupun Indonesia mulai menunjukkan perbaikan. Sehingga hal itu mempengaruhi kinerja manufaktur global dan Indonesia.

“Kita melihat kegiatan ekonomi kita juga mulai menunjukkan perbaikan kembali kinerja manufaktur global sama seperti juga di Indonesia begitu covid-19 mulai bisa tertangani maka mereka juga menunjukkan perbaikan,” ujarnya.

Dimana Purchasing Managers' Index (PMI) global sampai dengan bulan september tercatat ekspansif di level 54,1 dampak semakin terkendalinya covid-19. Disisi lain, PMI Indonesia juga semakin ekspansif.

Kegiatan manufaktur yang ditunjukkan dengan PMI Indonesia sebesar 52,2 dan PMI manufaktur di berbagai negara ASEAN juga mulai menunjukkan pemulihan. Namun, Menkeu mengatakan bukan berarti delta varian dari covid-19 sudah selesai.

“Kalau kita lihat Indonesia (di level) 52,2 statusnya (PMI) pada akhir bulan September ini adalah yang tertinggi diantara Asean 5,” ujarnya.

 

* Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

2 dari 2 halaman

Kinerja Ekonomi Global

Sedangkan jika dilihat di negara-negara utama yang mempengaruhi kinerja perekonomian global, seperti  Amerika dan Eropa yaitu di level 60 dan 58, 6. Artinya kegiatan manufaktur global mengalami kenaikan yang cukup signifikan. Dari sisi kegiatan manufaktur dan inilah yang memicu pemulihan ekonomi secara global.

“Kenaikan aktivitas ekonomi seluruh dunia juga menyebabkan kenaikan harga komoditas. kalau kita lihat di indonesia akan menghadapi juga dampak dari kenaikan komoditas unggulan ini. Yang yang mengalami kenaikan harga batubara bahkan sempat melonjak sangat tinggi dibandingkan dengan periode tahun 2020 maupun awal tahun 2021,” ujarnya.

Selain itu, harga gas juga mengalami kenaikan meskipun kemudian mengalami koreksi sedikit, kata Menkeu. Demikian juga dengan harga minyak dalam hal ini baik West Texas Intermediate (WTI) maupun Brent.

“Untuk pergerakan harga komoditas non energi, kita lihat indeks harga nikel juga mengalami kenaikan dan cukup stabil tinggi, CPO kita juga mengalami kenaikan,” pungkasnya.