Sukses

Citilink Setop Penerbangan di Bandara Soedirman, Pengamat Soroti Hal Ini

Maskapai Citilink yang menghentikan operasi sementara di bandara Jenderal Besar Soedirman.

Liputan6.com, Jakarta Pengamat Kebijakan Publik, Agus Pambagio menyoroti pengembangan potensi bisnis di sekitar bandara Jenderal Besar Soedirman agar banyak orang yang memanfaatkan bandara tersebut. Hal ini menindaklanjuti maskapai Citilink yang menghentikan operasi sementara di bandara tersebut.

Sebelumnya Agus menulis di akun Facebook-nya bahwa Citilink berhenti beroperasi sementara di bandara JB Soedirman. Hal itu ia ketahui setelah mencoba membeli tiket dari bandara tersebut, namun tak mendapatkannya.

Atas persoalan tersebut, Agus menilai bahwa minimnya penumpang yang memanfaatkan penerbangan dari dan ke bandara JB Soedirman terbilang minim. Sehingga berimbas pada pemberhentian operasi sementara oleh maskapai Citilink.

“Harus dibangun potensinya agar ada orang yang mau kesana. Sehingga bisa menarik orang (penumpang),” katanya saat dikonfirmasi Liputan6.com, Senin (25/10/2021).

Ia menuturkan, misalnya dengan membangun potensi perekonomian seperti perkebunan atau potensi industri di wilayah Purbalingga.

“Harus diupayakan manusia yang terbang kesana, misalnya dibangun industri atau perkebunan, supaya jadi ada yang kesitu, menimbulkan pertumbuhan ekonomi disitu,” katanya.

Selain itu ia juga menyinggung ada kesalahan dari Feasibility Study atau studi kelayakan proyek yang dibentuk.

“Apakah itu ada industri perkebunan ada atau tidak, nah feasibility study tadi bagaimana, itu dihentikan karena tak ada penumpang, yaitu itu harus ada bukan cuma salah citilink,” katanya.

Terkait kajian tersebut, Agus mengatakan pembangunan suatu bandara perlu melalui kajian yang menyeluruh. Misalnya dalam kajian tersebut harus dihitung terkait potensi penumpang yang akan menggunakan fasilitas bandara tersebut.

“kan harus dikaji, bangun bandara bukan bangun secara politis, pesawat gak bisa kesitu kalau hanya diperintah regulator, tapi harus ada penumpangnya,” tegasnya.

* Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

2 dari 2 halaman

Syarat Jarak

Selain itu, ia juga mengatakan bahwa ada syarat yang harus diperhatikan sebelum mulai membangun bandara di suatu daerah. Misalnya soal jarak dengan bandara aktif lainnya.

“Bandara itu yang saya tahu ada syarat jaraknya, kalau di Jawa itu (menurut aturan) sekitar 100 kilometer, nah dari situ ke Cilacap cuma 65 kilometer, Feasibility-nya ini bagaimana apakah potensi masyarakat daerah situ pada mau naik pesawat? Kan enggak,” katanya.

“Seperti saya tulis di facebook saya pesawat (akan beroperasi) itu kalau ada penumpang, bukan ada bandara atau diperintah menteri,” tambahnya.

Ia turut menyinggung potensi yang dimiliki oleh wilayah Jakarta dan Bandung. Jakarta dan Bandung memiliki potensi yang baik sehingga bandara yang ada mampu beroperasi dengan optimal. Hal itu, kata dia, karena ada penumpang yang menggunakan maskapai penerbangan di antara kedua kota tersebut.

“Nah waktu perancangan feasibility itu bagaimana, tapi perkiraan saya daerah situ (purbalingga) gak bisa (meningkatkan jumlah penumpang dari potensi ekonomi), kalau misalnya Jakarta-Bandung itu banyak, banyak mahasiswa, banyak orang yang kesana,” katanya.

Ia kembali menekankan guna mengembalikan tingkat penumpang yang menggunakan bandara JB Soedirman, perlu ada upaya untuk meningkatkan jumlah penumpang.

“ya kedepannya bagaimana pun caranya perlu ada penumpangnya,” katanya.