Sukses

Bisnis dan Dagang Ternyata Berbeda, Ketahui Definisi dan Perbedaannya

Kegiatan berdagang dan berbisnis adalah dua hal yang berbeda. Ternyata, masih banyak orang yang belum mengetahui perbedaannya.

Liputan6.com, Jakarta Kegiatan berbisnis dan berdagang sering dikaitkan karena memiliki makna dan tujuan yang sama. Namun, ternyata keduanya adalah dua hal yang berbeda. Hal tersebut yang masih belum banyak diketahui  banyak orang.

Lead Financial Trainer QM Financial Ligwina Hananto mengatakan pelaku usaha di Indonesia sendiri masih banyak yang belum mengetahui dan memahami kegiatan usaha yang dilakukan berbisnis atau berdagang.

“Saya punya pengalaman jalan-jalan ke 17 kota di seluruh Indonesia. Kejadiannya saat bertemu dengan 100 pegiat bisnis/UMKM di setiap kota. Saat ditanya mereka berdagang atau bisnis, jawaban yang didapat ‘Memang ada bedanya?’,” ujar Ligwina, Kamis (28/10/2021).

Mendapat jawaban yang cukup serupa dari seluruh pegiat bisnis yang ditemukannya, ternyata semua bisnis pada awalnya selalu diawali dengan berdagang. Hal tersebut memang menjadi tahapan yang umum. Bisnis yang dijalankan selalu dimulai dengan berdagang.

Perbedaan utamanya terletak pada pembuatan laporan keuangan. Laporan keuangan yang seharusnya ada pada setiap bisnis yang dijalankan ternyata masih sangat minim. Pelaku usaha umumnya hanya berfokus pada keuntungan dan kas yang diterima saja.

Ditemukan hanya sekitar 20 persen yang memiliki laporan terstruktur dengan mencantumkan laba/rugi, sedangkan 80 persen hanya mencatat keuangan berdasarkan saldo yang ada dalam rekening usaha saja.

“Saya punya kacamata hitam saya ambil dengan harga Rp10 ribu terus saya jual Rp30 ribu. Berarti saya untung dong Rp30 ribu? Selesai dan keuntungan itu saya pakai jajan untuk anak saya,” jelas Ligwina.

Contoh yang dipaparkan adalah bergadang. Sementara itu, bisnis ternyata membutuhkan spesifikasi yang lebih rumit sekaligus lebih terstruktur. Ligwina kembali mencontohkannya dengan menjual sebuah kacamata.

“Dalam bisnis, 20 ribu tersebut belum menjadi profit, dia baru jadi margin. Setelah itu, ada biaya marketing, bayar gaji karyawan, sewa ruko dulu, dan sebagainya. Lalu, dikurangi baru menjadi laba/rugi,” ujar Ligwina saat menjelaskan kasus keuangan dalam berbisnis.

Untuk bisa menjabarkan kondisi keuangan dalam berbisnis dibutuhkan laporan keuangan yang lebih terperinci dengan baik dan benar. “Itulah yang menjadi perbedaan antara berbisnis dan berdagang,” tegasnya.

 

 

2 dari 3 halaman

Pilihan Pemilik Usaha dan Bisnis

Dalam menjalankan usaha, seorang pemilik usaha perlu memiliki mimpi yang besar. Permasalahan-permasalahan yang ada harus dapat dijadikan motivasi untuk terus berkembang. Usaha kecil ataupun besar memiliki tingkat usaha yang sama.

“Ketika pemilik usaha berevolusi menjadi pemilik bisnis, maka ada title baru yang dimilikinya yaitu, CEO dengan kepanjangan Chief Everything Officer,” tambah Ligwina.

Ketika hanya sekedar menjalankan usaha, penjualan yang dilakukan hanya berfokus pada kegiatan transaksi dan uang dari hasil penjualan yang didapatkan. Sementara bisnis, harus memikirkan produksi, bahan baku, resep, lalu packaging, hingga sampai ke pembeli.

Alur transaksi yang dimiliki pebisnis lebih rumit dibanding hanya sekedar menerima uang. “Jadi, masalah seorang pebisnis adalah ketika harus mengurus semuanya sendiri,” papar Ligwina.

Oleh karena itu, masalah umum yang biasanya dihadapi para perintis bisnis adalah sebagai berikut. 

  1. Sulit membagi waktu: sulit membedakan kehidupan personal dengan pekerjaan. Tidak jarang membawa masalah pekerjaan ke dalam rutinitas sehari-hari
  2. Kurang percaya diri dan takut gagal: ketidakpercayaan diri untuk mampu bersaing di pasar
  3. Kesulitan mencari karyawan yang pas
  4. Bingung menentukan jalur pemasaran: ,enentukan produk yang unik, berbeda, dan bisa bertahan ke depannya
  5. Kesulitan untuk menentukan harga produk

“Cara dan pola pikir yang strategis yang membedakan pebisnis dan pedagang,” ujar Ligwina. Berjalan dan berkembangnya sebuah bisnis ditentukan bagaimana sang pengusaha mengontrolnya.

 

 

3 dari 3 halaman

Ketika Masalah Menjadi Solusi

Kepekaan dalam melihat lingkungan sekitar sangat dibutuhkan. Adanya masalah-masalah yang terjadi memberikan peluang seorang pebisnis untuk mengembangkannya menjadi bisnis. Tentunya, hal tersebut harus menjadi solusi dari permasalahan yang ada.

Pertanyaan pertama yang dimulai adalah siapa, apa, dan bagaimana. Dalam proses merencanakan masa depan bisnis, strategi yang harus dipikirkan adalah target audiens, cara dan gaya hidup dari pembeli, permasalahan yang ada, dan solusi. Semua hal harus dipikirkan secara spesifik.

Selain itu, menurut data Inventure Knowledge yang dipublikasikan oleh Yuswohady, terdapat empat perubahan perilaku konsumen yaitu, lebih banyak yang di rumah, memprioritaskan kebutuhan dasar, serba digital, dan memiliki empati yang tinggi.

Perubahan konsumen tersebut memicu adanya perubahan dari gaya penjualan produk yang ditawarkan.

“Negeri ini punya banyak masalah, orang akan banyak yang mengeluh, tetapi para pemilik bisnis justru melihat banyak kesempatan saat banyak masalah,” tambah Ligwina.

Reporter: Caroline Saskia