Sukses

Beginilah Kesan Positif Srikandi Konservasi Energi saat Mengikuti Pelatihan dari KESDM

Pelatihan Srikandi Konservasi Energi yang digagas oleh Kementerian ESDM mendapat apresiasi dari para peserta sehingga meningkatkan jumlah partisipasi perempuan.

Liputan6.com, Jakarta Pelatihan Srikandi Konservasi Energi yang digagas oleh Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) bekerja sama dengan United Nations Development Programme (UNDP) melalui proyek Market Transformation for Renewable Energy and Energy Efficiency (MTRE3) mendapat apresiasi dari para peserta sehingga meningkatkan jumlah partisipasi perempuan di bidang konservasi energi.

Salah satu faktor daya tarik adalah adanya materi komprehensif dan aplikatif yang telah diberikan oleh para instruktur (trainer) dari Pusat Pengembangan Sumber Daya Manusia Ketenagalistrikan, Energi Baru, Terbarukan, dan Konservasi Energi (PPSDM KETBKE).

"Saya sangat antusias karena materinya baru apalagi latar belakang pendidikan saya dari teknik, menambah pengetahuan baru. Saya jadi tahu bagaimana mengukur AC, parameter apa yang dibutuhkan. Bagaimana memahami kondisi lapangan yang akan kita jalani untuk melakukan pengukuran dan audit energi," kata Indah Sakinah Fatmawati dari Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) di Bogor, Kamis (28/10).

Antusiasme serupa juga disampaikan oleh perwakilan dari PT Bank Central Asia (Tbk) Wimasiha. "Saya jadi tahu beberapa perkembangan baru peraturan (konservasi energi). Kita diberikan praktek di lapangan mengenai tata cahaya dan selubung bangunan, tata udara, dan panel listrik. Menggunakan alat-alat yang belum pernah kita pegang sebelumnya," ungkapnya.

Menurut Wimasiha, Pelatihan Srikandi Energi memberikan dampak positif bagi perusahaan di masa mendatang. 

"Ini sangat saya butuhkan untuk pekerjaan saya nantinya karena saya akan menerapkan hasil dari pelatihan tersebut untuk menekan emisi dari operasional core bisnis di perusahaan kami sehingga BCA bisa turut menjaga kelestarian lingkungan sejalan dengan upaya Pemerintah dalam konservasi energi," tegasnya.

2 dari 3 halaman

Jadi Parameter Penting untuk Kebutuhan Akademisi

Senada dengan itu, selama pelatihan juga menyajikan data-data secara detail serta menjadi parameter penting dari segi kebutuhan akademis. "Kalau biasanya saya hanya melihat data konservasi energi yang lebih luas, di sini saya melihat scope yang lebih detail dari sisi penerapan energi suatu bangunan, tata cahaya, memanfaatkan AC. Jadi, cukup bisa membantu melihat parameter apa yang bisa diukur dari penghematan energi," kata Nera dari Universitas Indonesia.

Nera juga menambahkan urgensi para trainer dalam menyampaikan materi sehingga lebih mudah dimengerti oleh para peserta.

"Saya senang pemateri bisa diajak lebih banyak diskusi mengenai pengalaman mereka selama ini. Cukup terbuka apabila para peserta mengalami kesulitan," jelasnya.

Pernyataan itu diperkuat juga oleh Wimasiha terhadap peran trainer. "Pembawa materi menyenangkan karena mereka bisa memberikan knowledge baru buat kita. Lebih dapat mengenali energi kalau belajar di sini. Sangat menyenangkan. Para instruktur konsen kepada kita, memberikan layanan yang terbaik," ungkapnya.

 

3 dari 3 halaman

Seputar Pelatihan Srikandi Konservasi Energi

Merespon hal tersebut, Todo Hotma Simarmata selaku trainer mengaku cukup senang dengan kemampuan peserta memahami materi. "Para peserta sangat antusias untuk mengasah keterampilan dan skillnya dalam audit energi. Mereka bisa menjadi audit energi dan manager energi," kata Todo.

Para peserta Pelatihan Srikandi Konservasi Energi mendapatkan pembekalan selama 6 (enam) hari, yaitu pemberian teori dan praktik audit energi, latihan wawancara serta latihan assessment ketika mengikuti sertifikasi auditor dan manager energi.

"Lingkup kegiatan ini nantinya mengidentifikasi penggunaan energi, melihat peluang potensi penghematan energi, dan memberikan rekomendasi terhadap perbaikan kinerja pembuatan bangunan," kata Aspita Dyah Fajarsari yang juga merupakan salah satu trainer.

Sejauh ini, sambung Aspita, keterlibatan perempuan di bidang konservasi energi masih kurang optimal. "Memang jumlah manajer energi dan auditor energi bersertifikat masih di bawah 5%. Kegiatan ini cukup baik untuk memberikan kesempatan bagi perempuan yang berminat menjadi manajer dan auditor energi," tegasnya.

Sebagai informasi, jumlah auditor energi bersertifikat dari 1.128 orang baru 51 orang auditor energi perempuan. Sementara terdapat terdapat 1.273 orang manajer energi bersertifikat dimana baru 43 orang diantaranya adalah perempuan. 

"(Pelatihan) ini bisa sebagai pioneer sebagai modal dalam bekerja nantinya," tutup Bambang Priandoko yang juga trainer dari PPSDM KEBTKE.

 

(*)