Sukses

Australia Dukung Transisi Energi Indonesia

Menko Airlangga mengatakan, transisi energi harus diikuti dengan pembiayaan maupun investasi terkait dengan iklim.

Liputan6.com, Jakarta - Australia sangat mendukung kebijakan Pemerintah Indonesia di sektor energi terkait perubahan iklim. Hal tersebut diungkap oleh Menteri Koordinator bidang Perekonomian Airlangga Hartarto usai mendampingi Presiden Joko Widodo melakukan pertemuan bilateral dengan Perdana Menteri (PM) Australia Scott Morrison di Roma, Italia.

"Terkait pertemuan dengan Perdana Menteri Australia, yang antara lain membahas tentang energi dan perubahan iklim, ini disepakati Australia mendukung kebijakan di sektor energi (Indonesia), dan transisi dari pada energi itu sendiri," ujar Airlangga dikutip dari Antara, Minggu (31/10/2021).

Airlangga mengatakan transisi energi ini harus diikuti dengan pembiayaan maupun investasi terkait dengan iklim. Selain itu, kata dia, teknologi yang tersedia juga harus terjangkau agar bisa mendorong percepatan dari pada energi hijau.

Adapun selain tentang energi, pertemuan Presiden Jokowi dengan PM Australia juga menyepakati bahwa ekonomi digital akan dibahas dan diangkat dalam forum G20 mendatang di Indonesia.

Pembahasan ekonomi digital diperlukan agar kebijakan dan regulasi di sektor digital tidak berbeda dengan sektor konvensional, terutama dari segi platform digital.

"Diharapkan bahwa bullying di media, tentu saja akan diatur oleh para platform secara bertanggung jawab dan sinkron," ujarnya.

 

* Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

2 dari 2 halaman

Wamenkeu: EBT Jadi Sumber Energi Masa Depan

Wakil Menteri Keuangan Suahasil Nazara mengatakan penggunaan energi baru terbarukan (EBT) di dunia, khususnya Indonesia sudah bukan menjadi pilihan. Melainkan sebagai arah kebijakan penggunaan energi yang selama ini menggunakan fosil sebagai bahan bakarnya.

"Penggunaan energi baru terbarukan ini bukan lagi pilihan tetapi arah ke depan," kata Suahasil dalam acara diskusi bertajuk Energi Terbarukan: Sudut Pandang, Supply-Demand, Keterjangkauan, Tarif, Reliability dan Akses, Jakarta, Kamis (21/10).

Suahasil menjelaskan kebutuhan energi di masa depan akan terus bertambah dan tidak bisa hanya mengandalkan fosil yakni batubara sebagai sumber energi. Apalagi emisi karbon yang dihasilkan juga tidak baik untuk lingkungan.

"Kebutuhan energi kita memang banyak tapi kalau mengandalkan dari fosil ini enggak akan pernah cukup," kata dia.

Maka penggunaan EBT menjadi pilihan yang harus dikaji. Namun, kata Suahasil yang perlu diingat dalam transisi penggunaan EBT, dimulainya tidak dari titik nol lagi. Indonesia sudah menggunakan berbagai sumber untuk menghasilkan energi.

"Kalau kita mau manfaatin ini, kita enggak berangkat dari titik 0 karena kita punya seperangkat energi mix," kata dia.

Selain itu, pandemi Covid-19 juga turut menyumbangkan tantangan. Sebab selama 1,5 tahun terakhir penggunaan energi mengalami penurunan. Mobilitas manusia yang terbatas selama pandemi ini membuat permintaan penggunaan energi menurun. Akibatnya kebutuhan energi yang dimiliki PLN menjadi berlebih.