Sukses

Perjamuan Shima, Gelaran Gastronomi Hadir di Destinasi Super Prioritas Borobudur

Candi Borobudur adalah pusat informasi luar biasa yang menyimpan ilmu pengetahuan selama 1200 tahun.

Liputan6.com, Jakarta - Pemerintah bersama Indonesian Gastronomy Community (IGC) menyelenggarakan serangkaian acara Gastronosia Borobudur 2021 pada 29 – 31 Oktober 2021 di Magelang dan Yogyakarta. Magelang merupakan salah satu destinasi pariwisata super prioritas, selain menjadi bukti kemajuan peradaban nusantara, Candi Borobudur ternyata juga menyimpan sejarah kuliner dengan filosofi yang adiluhung.

Acara ini bertajuk “Perjamuan Shima” yang digelar di Komplek Taman Wisata Candi Borobudur, yang dihadiri oleh Dirjen Kebudayaan Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset dan Teknologi (Kemendikbudristek) Hilmar Farid, Direktur Utama Badan Otorita Borobudur (BOB) Indah Juanita, Penasihat Khusus Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi Bidang Komunikasi Ezki Tri Rezeki, Asisten Deputi Pengembangan Ekonomi Kreatif Kemenko Marves Sartin Hia, serta beberapa pejabat lain dan kalangan media.

Dirjen Kebudayaan Kemendikbudristek Hilmar Farid mengungkapkan apresiasinya kepada IGC yang telah berhasil menggelar acara jamuan yang merupakan rekonstruksi Jamuan Shima tersebut.

“Saya mengucapkan terima kasih dan bersyukur malam ini akhirnya saya bisa turut merasakan hasil dari pekerjaan riset dan pendalaman materi yang telah dilakukan oleh teman-teman di IGC,” kata Hilmar, Minggu (31/10/2021).

Hilmar menyebut Candi Borobudur adalah pusat informasi luar biasa yang menyimpan ilmu pengetahuan selama 1200 tahun. Oleh karena itu dia sering merasa miris apabila melihat orang-orang dalam jumlah banyak masih naik-naik ke atas (stupa).

“Mereka tidak sadar bahwa mereka tuh sebetulnya sedang masuk ke dalam sebuah perpustakaan dari masa lalu dan karena itu ada inisiatif dari ditjen kebudayaan nanti kalau orang mau naik ke atas Candi Borobudur dia harus pakai sandal khusus, namanya sandal Upanat,” ujar Hilmar.

 

 

* Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

2 dari 3 halaman

Budaya Kuliner

Senada, Dirut BOB Indah Juanita mengungkapkan Indonesia memiliki sejarah kuat dalam segi budaya dan kuliner pada masa lampau. Sajian menu kuliner atau makanan adalah hal pokok dan mendasar bukan hanya dari kenikmatan nilai gizi namun juga merupakan satu identitas dari bangsa Indonesia tercinta.

Oleh karena itu, kata Indah, pemerintah memanfaatkan kuliner yang ada dalam Perjamuan Shima dari abad ke-8 hingga 10 ini ini sebagai Gastro branding dan _tourism diplomacy.

“Kami berharap, kegiatan ini mampu merekonstruksi kejayaan nusantara di masa lampau serta mampu menjadi bentuk kampanye dan diseminasi bahan pangan makanan dengan gizi baik yang berasal dari budaya bangsa Indonesia,” kata Indah.

Dengan adanya rangkaian acara Gastronosia Borobudur ini, Indah menegaskan BOB selaku satuan kerja Kementerian Pariwisata dan Ekonomi kreatif sangat mendukung dan berharap agar acara ini akan berdampak baik pada sektor-sektor lain seperti Pendidikan Kebudayaan, kepariwisataan, dan pengembangan kreativitas sumber daya manusia.

 

3 dari 3 halaman

Indonesia Spice Up the World

Dalam kesempatan yang sama, Asisten Deputi Pengembangan Ekonomi Kreatif Kemenko Marves Sartin Hia mengatakan momentum ini sedang coba disinergikan oleh pemerintah dengan program nasional Indonesia Spice Up the World.

“Saya lihat IGC adalah satu komunitas yang kuat dan nyata karena dari Prambanan hingga kini sudah memunculkan sejarah borobudur atau sejarah bangsa ini mulai dari kulinernya,” ujarnya Sartin.

Menurut Sartin, pemerintah akan terus mendukung pelaksanaan gastronosia Borobudur untuk mengembangkan daya tarik wisatanya.

Berbicara mengenai latar belakang perjamuan Gastronosia Borobudur, Vice President Indonesian Gastronomy community Ria Musiawan mengatakan bahwa ini adalah upaya IGC untuk mengangkat kembali budaya makanan kuno sesuai dengan misi IGC dalam memahami konsep makanan istimewa para raja dan bukan untuk menetapkan para hadirin menjadi Shima-nya.

“Kami harapkan dapat memperkenalkan Indonesia sebagai pusat budaya makanan, serta agar dapat memberikan pengetahuan mengenai perkembangan gastronomi dari sudut sejarah melalui relief dan prasasti ataupun kitab yang mempunyai nilai narasi budaya yang menarik dan bermanfaat untuk diterapkan di masa kini serta masa depan,” pungkasnya.