Sukses

Pengamat Nilai Gerak Masyarakat di Nataru Tergantung Kebijakan, Kalau Wisata Buka Bakal Ramai

Penelitian Kementerian Perhubungan menunjukkan 87 persen masyarakat tidak akan melakukan perjalanan antar kota pada akhir 2021 atau pada nataru.

Liputan6.com, Jakarta - Survei Badan Penelitian dan Pengembangan (Balitbang) Kementerian Perhubungan menunjukkan 87 persen masyarakat tidak akan melakukan perjalanan antar kota pada akhir 2021 atau melakukan mudik di akhir tahun. Melihat hal itu, Pengamat Transportasi, Djoko Setijowarno menilai data itu masih bisa berubah.

Mengacu pada survei tersebut, Djoko memperkirakan akan terjadi pergerakan masyarakat pada Natal 2021 dan Tahun Baru 2022 (Nataru). Alasannya, berbagi lokasi wisata sudah direncanakan untuk dibuka.

Masyarakat semakin percaya diri karena sudah mendapat suntikan vaksin. Pemerintah saat ini memberlakukan PPKM dan akan diberlakukan secara berkesinambungan berdasarkan kondisi Covid-19,” katanya dikutip dari keterangan tertulis, Kamis (4/11/2021).

Djoko mengatakan, survei yang dilakukan oleh Balitbang Kemenhub ini masih bisa berubah. Mengingat survei ini dilakukan pada 11-20 Oktober 2021. Sementara pada tahun lalu, dilakukan pada 29 November – 11 Desember 2020.

“Tentunya masih ada perubahan pola berpikir masyarakat untuk melakukan pergerakan Nataru tahun ini. Selain adanya beberapa perubahan kebijakan yang mendadak dengan persyaratan agak melonggarkan, tentunya ada sebagian warga berkeinginan melakukan mobilitas,” terang Ketua bidang Advokasi dan Kemasyarakatan MTI pusat itu.

Dengan demikian, ia menyimpulkan Balitbang Kemenhub masih bisa melakukan setidaknya satu atau dua kali survei lagi untuk mendapatkan pola pergerakan terkini hingga mendekati masa Nataru tahun ini.

Ia menyebutkan Jumlah masyarakat yang terpapar Covid-19 saat ini, mengalami penurunan yang cukup berarti. Perekonomian masyarakat sudah mulai kembali bangkit. Harapannya, masyarakat tetap waspada dan tidak melakukan perjalanan selama masa liburan Natal dan Tahun Baru 2022 karena belum aman dari ancaman Covid-19.

 

** #IngatPesanIbu 

Pakai Masker, Cuci Tangan Pakai Sabun, Jaga Jarak dan Hindari Kerumunan.

Selalu Jaga Kesehatan, Jangan Sampai Tertular dan Jaga Keluarga Kita.

#sudahdivaksintetap3m #vaksinmelindungikitasemua

2 dari 2 halaman

Alasan tak Melakukan Pergerakan

Menurut catatannya, Djoko menuliskan, alasan masyarakat tidak melakukan perjalanan dapat disebabkan beberapa faktor. Antara lain perkiraan adanya gelombang ketiga Covid-19 di akhir tahun yang mempengaruhi minat masyarakat dalam melakukan perjalanan, dan menurunnya pendapatan kalangan masyarakat tertentu sebagai dampak pandemi.

“(lalu) Dicabutnya cuti bersama 24 Desember 2021 yang menyebabkan libur Natal menjadi pendek, masih ketatnya persyaratan perjalanan (masa berlaku dan biaya Test Swab PCR dan Antigen) yang mengakibatkan adanya penambahan biaya perjalanan, anak-anak sekolah sudah mulai tatap muka, para karyawan atau pekerja sudah mulai aktif bekerja (work from office/WFO),” katanya.

Ia mengatakan, dibandingkan pergerakan Nataru tahun 2020/2021, potensi pergerakan Nataru 2021/2022 lebih kecil, 13 persen yang diperkirakan akan melakukan perjalanan antar kota. Pada Nataru 2020/2021 berdasarkan hasil survey, potensi tidak melakukan pergerakan 76 persen. Sebanyak 24 persen yang melakukan mobilitas.

Diperkirakan dipengaruhi berbagai sebab, seperti kondisi saat ini anak-anak sekolah sudah mulai melaksanakan belajar tatap muka, menjadi pertimbangan untuk tidak memilih bepergian.

Selain itu para pegawai/pekerja/wiraswasta sudah mulai aktif bekerja mendekati normal, sehingga masyarakat memilih tidak bepergian untuk pulang kampung/liburan pada Natal/Tahun baru yang menghabiskan uang.

“Tetapi lebih memilih memperbaiki perekonomian keluarga yang sempat terpuruk selama masa pengetatan kegiatan dan mobilitas karena berkurangnya pendapatan keluarga,” tuturnya.