Sukses

Kaisa Group Lewatkan Pembayaran Dengan Investor, Tuai Kekhawatiran Baru di Sektor Properti China

Kaisa Group menjadi salah satu pengembang properti di China yang melewatkan pembayaran kepada investor.

Liputan6.com, Jakarta - Kaisa Group menjadi pengembang properti terbaru di China yang melewatkan pembayaran kepada investor.

Hal itu memicu kekhawatiran baru terhadap sektor properti China, yang beberapa telah terlibat utang besar.

Dikutip dari laman BBC, Jumat (5/11/2021) Kaisa mengatakan pihaknya melihat tekanan yang belum pernah terjadi sebelumnya pada keuangannya karena tantangan yang dihadapinya di pasar properti.

Perdagangan saham Kaisa Group dan tiga unitnya telah ditangguhkan di Hong Kong pada Jumat (4/11), setelah salah satu bisnisnya melewatkan pembayaran atas produk manajemen kekayaan.

Namun,bursa saham Hong Kong tidak memberikan alasan terkait penangguhan perdagangan itu.

Masalah pembayaran ini terjadi ketika perusahaan properti China lainnya, yaitu Evergrande Group masih terhuyung-huyung di bawah utang lebih dari USD 300 miliar.

Krisis utang Evergrande telah memicu kekhawatiran bahwa potensi keruntuhannya dapat berdampak pada pasar global.

Sementara itu, Evergrande telah menjual aset yang berbasis di Inggris karena menghadapi tenggat waktu pembayaran lain.

2 dari 2 halaman

Nilai Saham Kaisa Group Turun 15 Persen

Sebelum penangguhan saham, Kaisa, yang memiliki nilai pasar sekitar USD 1 miliar, melihat sahamnya mencapai rekor terendah setelah jatuh sebesar 15 persen.

Pengembang properti yang berbasis di Shenzhen itu mengatakan pada Kamis (3/11) bahwa mereka menghadapi tekanan yang belum pernah terjadi sebelumnya pada keuangannya karena pasar properti yang menantang dan penurunan peringkat oleh lembaga pemeringkat, yang membuatnya lebih sulit untuk meminjam uang.

Pada 30 Oktober unit Evergrande akan melakukan pembayaran bunga sebesar USD 82,5 juta kepada investor.

Saham Evergrande ditangguhkan di Hong Kong selama 17 hari bulan lalu, setelah perusahaan tersebut meminta penghentian perdagangan menjelang pengumuman transaksi besar.

Rencana untuk menjual sebagian besar unit layanan propertinya seharga USD 2,6 miliar juga gagal karena tidak dapat menyetujui persyaratan kesepakatan.

 

Video Terkini