Sukses

Butuh Investasi Rp 143 T, Morotai Siap Jadi Pusat Logistik dan Perikanan di Asia-Pasifik

KEK Morotai berada di jalur migrasi ikan tuna, maka KEK Morotai merupakan sumber bahan baku bagi industri pengolahan perikanan.

Liputan6.com, Jakarta Pengembangan Kawasan Ekonomi Khusus (KEK) di Indonesia saat ini dinilai masih belum berjalan optimal. Hal ini salah satunya akibat terdampak pandemi Covid-19. Selain itu, masih ada kendala lain yang mesti diselesaikan agar keberadaan KEK mampu berkontribusi pada perekonomian indonesia.

Namun jika Akademisi (Academician), Pelaku Bisnis (Business), dan Pemerintah (Government) atau biasa disebut ABG bisa bersatu, diyakini KEK di Indonesia akan mampu berkembang dan membantu memulihkan perekonomian akibat pandemi. Salah satunya ialah KEK Morotai di Pulau Morotai di Provinsi Maluku Utara yang bisa meningkatkan pertumbuhan ekonomi di Indonesia bagian Timur.

Optimisme itu sudah bisa terlihat menurut Rini Lestari selaku Ketua Harian KADIN Indonesia Komite Taiwan, melalui meningkatnya perekonomian Indonesia sebesar 7.02 persen pada kuartal dua 2021.

Di mana itu ialah capaian tertinggi selama 17 tahun lalu. Ditambah, Pemerintah Indonesia juga berhasil mengendalikan covid-19 dengan kebijakan rem dan gas.  Sehingga perekonomian saat ini membaik dan itu memberi peluang untuk KEK berkembang juga, termasuk KEK Morotai.

Founder dan Chairman PT Jababeka Tbk Setyono Djuandi Darmono menerangkan bahwa Pulau Morotai begitu strategis lokasinya sehingga bisa menjadi lokomotif perekonomian Indonesia bagian Timur dari segi logistik.

KEK Morotai berada di perbatasan langsung dengan Samudera Pasifik, sebuah lokus jalur perdagangan antar negara dan antar benua. Di mana negara-negara di kawasan Asia-Pasifik punya tren pertumbuhan ekonomi yang relatif tinggi.

Kemudian, KEK Morotai berada di jalur migrasi ikan tuna, maka KEK Morotai merupakan sumber bahan baku bagi industri pengolahan perikanan. Sehingga banyak hal yang bisa dieksplor oleh investor.

Tapi untuk mewujudkan Morotai sebagai pusat logistik di Asia-Pasifik dan industri perikanan, dibutuhkan infrastruktur yang masif. Untuk itu, dibutuhkan konsorsium dengan modal investasi USD 10 miliar atau setara Rp 143,2 triliun (kurs 14.328 per dolar AS).

"Kalau Kota Jababeka di Cikarang, kami menikmati infrastruktur yang dibangun oleh pemerintah, seperti pelabuhan Tanjung Priok, Bandara Soekarno Hatta, jalan tol, gas dan listrik dan sumber daya manusia. Karena kalau bicara pengembangan KEK Morotai tapi logistiknya belum terbangun, hasil impor dan ekspor kecil. Jadi, (KEK Morotai) perlu infrastruktur yang masif," terang Darmono dalam Indonesia-Taiwan Economic Webinar 2021 yang mengusung topik Kawasan Ekonomi Khusus: Solusi dan Peluang untuk Pertumbuhan Ekonomi Indonesia-Taiwan dalam keterangan tertulis di Jakarta, Senin (8/11/2021).

"Referensi (kami) itu Hongkong. Dulu (Hongkong) tidak terlihat perannya, belum berkembang pesat seperti sekarang. Tapi karena geo-politiknya sangat strategis, mereka berkembang. Jadi ini memang proyek jangka panjang," tambahnya.

 

* Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

2 dari 3 halaman

Buat Peraturan Menarik

Lebih dalam, dijelaskan Darmono bahwa strategi dalam mengembangkan KEK Morotai di Pulau Morotai ialah membentuk konsorsium dengan negara Taiwan, Jepang, Korea, China atau negara yang perdagangannya tumbuh. Seperti yang dilakukan PT Jababeka Tbk dalam mengembangkan Kawasan Industri Kendala di mana Jababeka bekerja sama dengan Sembcorp dari Singapura.

Kerja sama ini terjadi sebab kedua belah pihak memiliki kelebihan masing-masing, Sembcorp memiliki askes dengan pasar dunia, sedangkan Jababeka mengurus perizinan dan kerjasama dengan dengan pemerintah daerah dan pusat di mana investor asing relatif tidak mampu.

Darmono juga menekankan butuhnya KEK di Indonesia dan KEK Morotai untuk mendapatkan perlakuan khusus, sebuah peraturan yang menarik bagi investor. Hal itu bisa didapat dari hasil duduk bersama ABG, sehingga bisa mendapatkan hal-hal prioritas yang diinginkan investor.

“Apa itu? Seperti jalan tol, lapangan terbang, regulasi dan terkait insentif serta kemudahan-kemudahan lainnya. Pokoknya, peraturan tersebut dibuat sebegitu manisnya, sehingga semut-semut pada berdatangan. Seperti, apakah tax holiday saat ini sudah cukup nggak buat mereka (investor)? ,” kata Darmono.

"Karena, kita bisa saja bangun infrastruktur dari uang konsorsium yang kita pinjam dulu, tapi,  bisakah kita mendapat kepastian hukum, insentif, kenyamanan keamanan seperti Hongkong. Seperti Kota Jababeka Cikarang dijamin mengelola infrastruktur selamanya, bisakah?,” ungkap Darmono.

Sementara itu Deputi Bidang Pengembangan Wilayah dan Tata Ruang dari Kementerian Koordinator Perekonomian RI Wahyu Utomo menjelaskan, pemerintah pusat sudah melakukan perubahan aturan melalui hadirnya UU Cipta Kerja.

Wahyu menilai UU Cipta Kerja sangat terkait dengan KEK, seperti kemudahan perizinan usaha melalui perubahan persyaratan izin usaha yang lebih ringkas, adanya insentif pajak – beacukai – fiskal, pengadaan tanah, pemerintah daerah harus mendukung KEK yang telah ditetapkan, dan pembangunan fasilitas-infrastruktur melalui hadirnya proyek strategi nasional.

"Kami juga memperbaiki kelembagaan dan administrasi di mana dijabat oleh profesional agar bisa melakukan percepatan (dalam realisasi investasi)," terang Wahyu

Mendengar hal tersebut, Darmono berharap agar peraturan baru tersebut bisa berjalan dengan baik. Karena Darmono percaya bahwa 19 KEK yang ada di Indonesia pasti berkembang, asal infrastruktur bisa begitu masif dibangun dan dibantu regulasi agar memberi kenyamanan dan keamanan investor, termasuk KEK Morotai.

3 dari 3 halaman

Morotai akan Berkembang

Guru Besar Fakultas Ilmu Administrasi dari Universitas Indonesia Prof. Martani Huseini selaku pun meyakini pula hal tersebut, bahwa cepat atau lambat KEK Morotai akan berkembang. Karena keunggulan KEK Morotai termasuk renewable energy yang artinya tidak mengeruk tambang di bumi Indonesia. Tapi semua aktivitas bisnis bisa bergerak. Sehingga potensi KEK Morotai untuk berkembang sangat besar, apakah itu dengan hadirnya industri perikanan terintegrasi ataupun pusat logistik.

"Karena membangun industri di perikanan dan logistik tidak perlu membutuhkan investasi besar dibanding mining atau nikel," terangnya.

Merespon pertanyaan tersebut, Wahyu juga memiliki proyeksi yang sama atas peluang KEK Morotai berkembang di masa depan. Ia yakin akan ada investor Taiwan yang masuk ke KEK Morotai. Karena sebelumnya sudah ada investor dari Taiwan yang tertarik, tapi karena peraturannya masih pakai kebijakan lama, mereka mundur.

"Dahulu Taiwan mau masuk ke (KEK) Morotai di (industri) perikanan karena kami yakin Taiwan ada potensi dengan perikanan juga. Namun, karena (di Indonesia masih) pakai kebijakan lama waktu itu, Taiwan jadi mundur. Kemudian Taiwan ingin masuk ke Kendal dan Gresik, makanya Kendal dan Gresik jadi KEK," terangnya.

Lebih dalam, disimpulkan dalam webinar tersebut bahwa saat ini KEK Morotai terbuka untuk bekerjasama dengan berbagai pihak. Apakah mau joint venture dalam mengembangkan semua kawasan seperti di Kawasan Industri Kendal yang merupakan perusahaan patungan antara PT Jababeka Tbk dengan Sembcorp, atau berbagai pemain bisnis di industri yang beragam guna melengkapi fasilitas di KEK Morotai yang sedang dikembangkan.