Sukses

DPR Beberkan Struktur Harga Tes PCR, Bisa Dijual Rp 90 Ribu

Besaran harga PCR belakangan jadi polemik di masyarakat.

Liputan6.com, Jakarta - Anggota Komisi VI DPR RI, Fraksi PDI Perjuangan, Harris Turino mencecar Direktur Utama PT Bio Farma, Honesti Basyir terkait besaran harga PCR yang belakangan jadi polemik di masyarakat.

Beberapa pertanyaan tajam dilayangkan Harris kepada Dirut Bio Farma terkait harga PCR. Mundur kebelakang, Ia pun menyoroti penurunan harga yang dilakukan secara bertahap oleh pemerintah terkait harga tes PCR ini.

“PCR ini menarik sekali, dari semua sekian juta presiden ngomong, turun Rp 2 juta, lalu bilang lagi maksimum Rp 900 ribu, ini bisnis aneh sekali, turun lagi ke Rp 495 ribu, turun lagi ke Rp 275 ribu, turun lagi, ini konsep bisnis tidak dikenal,” katanya dalam rapat dengar pendapat antara Komisi VI DPR RI dan Holding BUMN Farmasi, Selasa (9/11/2021).

Harris menambahkan, mengacu pada paparan Dirut Bio Farma, biaya yang dibutuhkan untuk reagen PCR adalah sebesar Rp 90 ribu, yang terdiri dari Rp 81 ribu biaya pembuatan, dan Rp 9.000 untuk PPN.

“Yang dipatok presiden adalah harga tertinggi, kenapa BUMN farmasi yang punya kapabilitas sudah ada profit tadi 10 persen, saya lihat tadi dari paparan bapak, dengan cost yang Rp 90 ribu tapi tak menjual pada harga 90 ribu?,” katanya tegas.

Lebih lanjut, ia menduga bahwa ada hal lain yang ada di belakang penentuan harga tersebut. ia menaksir, jika harga PCR bisa berkisar di Rp 90 Ribu, itu akan berimbas pada harga-harga tinggi lain yang dipatok untuk biaya tes PCR.

“Ini menjadi menarik, apasih yang ada dibelakangnya. Kalau BUMN farma kemudian bisa jual di harga pada yang bapak sampaikan ini maka (PCR) yang harga Rp 2 juta gak laku, yang Rp 900 ribu gak laku yang Rp 495 gak laku," ungkap dia.

“Tapi sampai saat inipun BUMN farma tak menjual Rp 90 ribu, kalau memang produk bapak sudah ada di pasar. Ini pertanyaan yang saya rasa perlu dijawab karena ternyata cost-nya hanya Rp 90 ribu termasuk PPN,” imbuhnya.

 

 

* Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

2 dari 2 halaman

Struktur Harga Reagen

Direktur Utama PT Bio Farma, Honesti Basyir merinci persentase struktur biaya yang menentukan harga reagen utama untuk RT-PC. Ia mengatakan bahwa dominasi yang menentukan adalah pada segi bahan baku.

Penjabaran ini, diakuinya, termasuk yang sering ditanyakan oleh masyarakat dan anggota DPR pada khususnya yang belakangan menjadi polemik terkait harga PCR yang berlaku di masyarakat.

“Terkait harga juga ini yang banyak ditanyakan oleh anggota (DPR) dan masyarakat,” kata dia dalam Rapat Dengan Pendapat dengan Komisi VI DPR RI, Selasa (9/11/2021).

Ia membeberkan bahwa biaya terbesar datang dari komponen utamanya ada pada biaya produksi dan bahan baku yang tercatat mencapai 55 persen dari total harga. Kemudian, biaya operasional sebesar 16 persen.

Lalu, biaya distribusi telah termasuk margin distributor 14 persen, royalti 5 persen, margin Bio sebesar 10 persen.

“Namun harga ini bisa berbeda dengan yang lain, ini adalah struktur cost yang dilakukan, kami ambil contoh di lab diagnostik yang ada di Bio Farma sendiri. Mungkin nanti dari Kimia Farma dan Indofarma yang mereka miliki lab lebih besar mungkin juga akan memberikan gambaran yang berbeda,” kata dia.

Pada tabel yang sama, Ia mencantumkan harga publish untuk reagen sebesar Rp 90 Ribu (tanpa PPN) dan harga e-katalog yang masih dalam pengajuan adalah sebesar Rp 81 Ribu (tanpa PPN).

Sementara itu, mengacu materi yang sama, harga e-katalog untuk reagen PCR yang masih tayang sejak Februari 2021 sebesar Rp 193.000 (termasuk PPN). Sedangkan yang masih dalam proses pengajuan harga baru yakni Rp 89.100 (termasuk PPN).

Informasi, harga ini merupakan harga reagen PCR atau alat untuk melakukan tes. Harga ini belum termasuk dengan komponen penunjang lainnya seperti biaya APD dan jasa tenaga kesehatan, serta biaya operasional. Sehingga belum dapat ditentukan sebagai biaya melakukan tes RT-PCR.