Liputan6.com, Jakarta - Wakil Menteri BUMN II, Kartika Wirjoatmodjo, mengakui bahwa Garuda Indonesia telah dalam keadaan technically bankrupt atau bangkrut secara teknis. Hal ini ditunjukkan bahwa kewajiban jangka Garuda Indonesia sudah tak dibayar.
Pria yang akrab disapa Tiko ini menyebut, per September 2021, neraca keuangan Garuda Indonesia berada pada posisi negatif USD 2,8 miliar. Hal ini yang jadi salah satu dasar secara teknis, maskapai pelat merah itu telah mengalami kebangkrutan.
Baca Juga
"jadi ini rekor kalau dulu dipegang Jiwasraya sekarang sudah disalip Garuda," katanya dalam Rapat Dengar Pendapat dengan Komisi VI DPR RI, Selasa (9/11/2021).
Advertisement
"Jadi ini rekor kalau dulu dipegang Jiwasraya, sekarang sudah disalip Garuda," katanya dalam Rapat Dengar Pendapat dengan Komisi VI DPR RI, Selasa (9/11/2021).
Ia mengatakan, drop-nya tingkat neraca keuangan Garuda Indonesia disebabkan juga oleh adanya PSAK 73 yang dilakukan perusahaan pada 2020-2021 ini yang menyebabkan dampak penurunan ekuitas semakin dalam, karena pengakuan utang masa depan lessor.
"Dalam kondisi ini dalam istilah perbankan sudah technically bankrupt, tapi legally belum, ini yang sekarang saat ini kita sedang upayakan gimana keluar dari posisi ini," kata Tiko.
Anggapan bangkrut tersebut, kata dia karena secara praktik sebagian kewajiban Garuda Indonesia sudah tak dibayar, bahkan ia menyebut gaji pun sudah sebagian ditahan.
"Jadi kita harus pahami bersama situasi garuda sebenarnya secara technical sudah mengalami bangkrut. Karena kewajiban-kewajiban jangka panjangnya sudah tidak ada yang dibayarkan, termasuk global sukuk, termasuk himbara dan sebagainya," katanya.
* Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.
Sulit Prediksi Cashflow
Pada kesempatan tersebut, ia juga menuturkan bahwa pihaknya sulit memprediksi cashflow Garuda Indonesia kedepannya. Hal ini karena adanya pengetatan yang diberlakukan sehinngga memperngaruhi kinerja maskapai.
"Ini jadi situasi sulit, di satu sisi memiliki cost struture yang tinggi, tapi disisi lain pendapatannya terus tergerus," katanya
Ia mengaku sering ditanya terkait penyebab penurunan kinerja Garuda Indonesia. Ada dua poin yang jadi sorotan, kata dia, apakah pandemi atau korupsi yang jadi sebab.
"Saya sering ditanya garuda ini kinerja turun karena apa, karna korupsi atau karena covid, ya karena dua-dua nya. Dua-duanya membuat kondisi garuda sast ini jadi sedang tidak baik," katanya.
Advertisement