Liputan6.com, Jakarta Untuk menggelorakan semangat jiwa nasionalisme dan kecintaan pada Tanah Air, 10 November yang menjadi Hari Pahlawan layak dimaknai oleh masyarakat Indonesia.
Ya, Hari Pahlawan di masa sekarang berarti mereka yang berjuang melawan berbagai permasalahan bangsa, seperti kemiskinan, masalah sosial dan bencana alam hingga pandemi Covid-19.
Baca Juga
Salah satu yang berjuang untuk bangsa adalah Christiana Kayat, perempuan yang berprofesi sebagai penjahit dari Maumere, Nusa Tenggara Timur (NTT) yang mampu mendirikan dan memiliki Lembaga Pelatihan Kursus (LPK) jahit.
Advertisement
Mengusung nama LPK Christin Mekeng, perempuan berusia 43 tahun ini menebarkan ilmu dan keahlian jahit bagi warga di sekitar daerahnya, sehingga menebarkan jiwa kewirausahaan, menciptakan lapangan kerja bagi masyarakat. Dengan semangat itu, Christiana membantu masyarakat meningkatkan taraf kesejahteraan, merdeka dari kemiskinan.
Awal mulanya, Christiana yang mengaku berasal dari keluarga tidak mampu ini merintis usaha dari nol. Dengan segala keterbatasan, usai lulus Sekolah Menengah Kesejahteraan Keluarga (SMKK) jurusan tata busana di Jawa Tengah, Christiana memutuskan untuk kembali ke kampung halaman di Maumere.
Kepindahannya ke Maumere membuka jalan bagi Christiana untuk berwirausaha. Dia melihat di wilayah ini banyak yang membutuhkan jasa menjahit, tetapi di sisi lain jasa jahit masih minim. Warga setempat yang sering menggelar pesta kerap membutuhkan baju baru. Di sinilah terbuka peluang bagi Christiana.Â
Kala itu, tepatnya pada 1998, Christiana memberanikan diri bekerja sambilan menerima pesanan jahitan pribadi, kendati ia sebenarnya masih bekerja di salah satu butik. Melihat potensi yang ada, pada 2000 dia memutuskan untuk keluar dari tempatnya bekerja, mulai benar-benar berjuang sendiri membangun usaha.
Tak diduga, pelanggan pertama jasa jahitnya berasal dari karyawan BRI. Bermodalkan satu mesin jahit tua milik sang mertua, dengan tekun dia memenuhi pesanan tersebut.
"Pesanan kian bertambah. Tahun 2001 saya mencari tenaga kerja tambahan, tetapi cari tenaga kerja susah, apalagi mindset generasi muda Flores kebanyakan itu selesai kuliah harus PNS, jiwa wirausaha sangat kurang," ujarnya.
Sulitnya menjaring tenaga kerja membuat Christiana berpikir untuk mulai mengajar, berbekal kemampuan dan ilmu yang dimilikinya. Baru pada 2015, dia memutuskan untuk membuka LPK jahit. Awalnya dari 10 orang yang mendaftar kursus, kemudian bertambah hingga kini menjadi 25 orang. Dia pun dibantu satu orang asisten dalam memberikan pelatihan.
Bicara biaya kursus di LKP menjahitnya, Christiana mengenakan biaya pelatihan Rp3,5 juta untuk 100 kali pertemuan dengan tujuh kompetensi yang diajarkan. Kompetensi yang diajarkan dipastikan sudah pada level yang cukup tinggi.
Berkat usahanya tersebut, Christiana mampu melanjutkan pendidikan ke jenjang Sarjana S1 hingga Strata dua (S2), membiayai kebutuhan anak dan keluarga sehari-hari, serta kontrak tanah.
Â
Dukungan BRI
Sejak membuka lembaga pelatihan, Christiana sudah tidak menerima jasa menjahit. Namun, fokus mengajar saja, dan membantu anak didik mendapatkan pesanan jahit menjahit. Tujuannya untuk terus mengasah keterampilan mereka, membangun jiwa kewirausahaan demi taraf hidup yang lebih baik.
Jalan usaha Christiana kian lancar. Dia mengaku mendapatkan bantuan berupa 16 unit mesin jahit industri senilai Rp104 juta dari PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk atau BRI Cabang Maumere.
Dia tidak pernah menyangka akan mendapatkan bantuan CSR dari BRI. Kaget pertama kali dihubungi BRI, dan sempat menolak tawaran bantuan tersebut. Namun dua minggu setelahnya, tepatnya Agustus 2021, BRI menyalurkan CSR bantuan untuk membeli 16 unit mesin jahit, termasuk mesin bordir komputer.
"Saya belum punya pikiran saya akan dapat bantuan CSR, tidak terbersit dalam kepala saya. Yang terbersit mereka mau menawarkan dana KUR untuk penambahan modal, saya pikir hutang saja belum selesai, jujur saya sempat tolak," ungkapnya.
Terpisah, Pemimpin Cabang BRI Maumere, Nurdin mengungkapkan bantuan tersebut sebagai bentuk kepedulian dan perhatian terhadap UMKM khusus kepada pengusaha wanita.
"Kami di BRI mempunyai program khusus yang didedikasikan untuk para wanita bisnis yang berdampak pada masyarakat luas. Kami berharap adanya peralatan ini lebih meningkatkan keterampilan dan kelancaran memproduksi berbagai produk yang nantinya bisa mempunyai nilai jual yang lebih," ungkap Nurdin.
Dia juga berharap bantuan dari BRI bisa dimanfaatkan dengan semaksimal mungkin dan dapat digunakan lebih lama dan lebih banyak yang menikmati.
"Dan tentu saja lebih banyak output yang bisa dilahirkan dari LPK ini dan kelak bisa menciptakan lapangan pekerjaan baru untuk masyarakat," tambahnya.
Ke depan, Christiana berharap BRI bisa memberikan bantuan dalam bentuk pelatihan dan menyalurkan bantuan berupa mesin untuk pembuatan sandal dan tas kulit. Tujuannya untuk meningkatkan kapasitas pelatihan di LPK miliknya.
Daya juang dan kegigihan Christiana untuk menebarkan kewirausahaan, meningkatkan ilmu dan keterampilan serta kesejahteraan warga di daerahnya, menjadi bukti konkret semangat membangun negeri, pahlawan masa kini. Dia adalah pahlawan bagi masyarakat daerahnya.
Â
(*)
Advertisement