Liputan6.com, Jakarta - PT Garuda Indonesia Tbk telah menyiapkan proposal restrukturisasi utang untuk melakukan renegosiasi dengan pihak lessor guna mengurangi tunggakan. Dari total utang Garuda Indonesia sebesar USD 9,8 miliar, jumlah terbesar berasal dari kewajiban pembayaran sewa pesawat kepada lessor sebesar USD 6,3 miliar.
Dengan usulan restrukturisasi, Garuda Indonesia target menekan utang menjadi USD 3,69 miliar.
Terdapat tiga skema restrukturisasi yang disiapkan Garuda Indonesia. Salah satunya, mengurangi frekuensi penerbangan yang akan berfokus pada rute potensial dalam negeri, serta memangkas jumlah armada dari total 13 jenis menjadi hanya 7 jenis.
Advertisement
Direktur Utama Garuda Indonesia Irfan Setiaputra berharap, upaya restrukturisasi utang ini kelak bisa mencatatkan untuk bagi perseroan di kemudian hari. Hal ini sejalan dengan adanya pemangkasan jumlah pesawat.
Namun, Irfan belum mau memerinci lebih jauh soal harapan akan bisnis Garuda Indonesia ke depan setelah adanya program restrukturisasi utang ini.
"Itu harapan kita dengan restrukturisasi. Nah ini sekarang lagi diproses, panjang kali ceritanya," ujar Irfan kepada Liputan6.com, Rabu (10/11/2021).
Adapun usulan pemangkasan jumlah pesawat ini diajukan lantaran sejumlah lessor mengaku menyerah terhadap kondisi Garuda Indonesia, dan memutuskan untuk melakukan grounding. Alhasil, perseroan menyikapinya dengan mengurangi rute dan frekuensi penerbangan.
Skema kedua dalam proposal restrukturisasi, Garuda Indonesia akan melakukan negosiasi utang atas kontrak sewa pesawat yang masih bakal dipakai di masa mendatang. Melalui renegosiasi, diharapkan ongkos sewa pesawat Garuda Indonesia dan anak usaha turun 40-50 persen dari tarif saat ini.
Ketiga, Garuda Indonesia bakal menempuh pembatalan nilai utang dan tunggakan secara material. Pengurangan utang akan dilakukan untuk tipe-tipe kreditur tertentu. Seperti untuk kreditur BUMN, perseroan berencana menerbitkan zero coupon bond, atau instrumen surat utang tanpa bunga hingga jatuh tempo.
Baca Juga
Â
* Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.
Rugi Garuda Indonesia Membengkak
PT Garuda Indonesia Tbk (GIAA) mencatatkan rugi sebesar USD 1,33 miliar atau sekitar Rp 18,95 triliun (kurs Rp 14.249 per USD). Realisasi rugi ini jauh lebih baik dibandingkan posisi per akhir Desember 2020 yang tercatat minus USD 2,5 miliar atau sekitar Rp 35,62 triliun.
Jika dibandingkan dengan periode sama tahun lalu, kerugian Garuda Indonesia bertambah dari USD 1,07 miliar atau sekitar Rp 15,24 triliun per September 2020.
Hingga September 2021, Garuda Indonesia mencatatkan total pendapatan sebesar USD 568 juta atau sekitar Rp 8,09 triliun. Turun dari pendapatan periode sama pada 2020 sebesar USD 1,13 miliar.
Pada periode yang sama, total ekuitas mencapai USD 2,83 miliar. Liabilitas tercatat sebesar USD 9,76 miliar. Lebih besar dibandingkan aset Perseroan hingga September 2021 yang hanya sebesar USD 6,93 miliar.
Advertisement