Liputan6.com, Jakarta Menteri Investasi/Kepala BKPM (Badan Koordinasi Penanaman Modal) Bahlil Lahadalia memproyeksikan, komitmen investasi Uni Emirat Arab (UEA) ke Indonesia senilai USD 44,6 miliar, atau setara Rp 642,2 triliun (kurs Rp 14.400 per dolar AS) bakal terealisasi penuh pada masa akhir pemerintahan Presiden Joko Widodo (Jokowi).
"Target kita 2024 awal ini harus terealisasi, sebelum periodisasi pak Jokowi-Ma'ruf Amin berakhir," ujar Bahlil dalam sesi teleconference, Kamis (11/11/2021).
Baca Juga
Bahlil mengutarakan, sebanyak USD 18 miliar dari sokongan investasi USD 44,6 miliar tersebut akan dipegang oleh Indonesia Investment Authority (INA), kemudian sisanya di Kementerian Investasi/BKPM.
Advertisement
Ditargetkan Bahlil, uang dari Uni Emirat Arab tersebut baru akan terealisasi sebagian di 2022, untuk kemudian sisanya akan dihabiskan sampai 2023 akhir atau 2024 awal.
"Nah di tahun 2022 sendiri kami targetkan dari USD 44,6 miliar ini minimal USD 8 miliar terealisasi. Karena Air Products akan jalan di Januari 2022 bangun DME (sebagai pengganti LPG)," jelasnya.
Terkait Uni Emirat Arab, Bahlil yakin negara kaya minyak di Timur Tengah tersebut bakal masuk pada 5 besar negara investor terkuat bagi Indonesia. Keyakinan itu muncul karena kedekatan hubungan Jokowi dengan raja-raja di sana, termasuk Mohammed bin Zayed (MBZ).
"Enggak gampang memang meyakinkan orang Arab ini, harus ada strategi, harus ada chemistry hubungan baik raja di UEA dengan bapak Presiden Jokowi. Dalam pandangan kami ini luar biasa sekali komunikasinya, sangat dalam," ungkapnya.
Â
Â
* Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.
Negara Investor
Menurut dia, negara-negara investor besar dunia patut waspada dengan kehadiran UEA sebagai pendatang baru. Khususnya dalam menanamkan investasinya ke Indonesia.
"Baik Amerika, Eropa, China sekalipun enggak boleh menutup diri, dan posisi UEA sangat strategis. UEA punya ekonomi bagus dan punya jaringan bagus dengan Indonesia. Secara kultur, konteks agama, ada hubungan emosional," tandasnya.
Advertisement