Liputan6.com, Jakarta - Harga emas menghentikan reli selama tujuh hari berturut-turut pada perdagangan Senin (Selasa pagi waktu Jakarta). Faktor yang membuat kenaikan harga emas terhenti adalah imbal hasil obligasi AS yang naik.
Saat ini, harga emas berada di dekat level tertinggi dalam lima tahun yang didukung oleh kekhawatiran akan inflasi.
Mengutip CNBC, Selasa (16/11/2021), harga emas di pasar spot turun 0,3 persen menjadi USD 1.858,70 per ounce pada pukul 10:02 ET, setelah sempat menyentuh level tertinggi sejak pertengahan Juni di USD 1,870,04 per ounce.
Advertisement
Sedangkan harga emas berjangka AS turun 0,3 persen menjadi USD 1.862,00 per ounce.
Harga emas naik sekitar USD 100 selama tujuh sesi terakhir. Kenaikan beruntun ini mencetak kenaikan terpanjang sejak Mei.
Faktor pendorong kenaikan harga emas adalah daya tariknya sebagai lindung nilai terhadap risiko inflasi didorong oleh data yang menunjukkan harga konsumen AS melonjak.
Selain itu, kenaikan harga emas juga didorong oleh rencana Bank Sentral AS atau the Federal Reserve (the Fed) untuk mempertahankan sikap dovish pada suku bunga.
Analis senior Kitco Metals Jim Wyckoff menjelaskan, harga emas memang telah mundur dari harga tertinggi yang disebabkan oleh aksi ambil untung rutin para pedagang jangka pendek. Namun menurutnya, tren kenaikan logam mulia ini masih akan kuat.
Baca Juga
Â
* Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.
Obligasi
Kenaikan suku bunga obligasi AS cenderung mengurangi daya tarik emas yang tidak memberikan bunga kepada para investor.
Patokan imbal hasil obligasi berjangka waktu 10 tahun AS naik, meningkatkan biaya peluang untuk menahan logam yang tidak memberikan imbal hasil.
Analis Saxo Bank Ole Hansen menjelaskan, jika harga emas gagal menembus di atas USD 1.870 per ounce hari ini, maka ada ada risiko yang dapat mendorongnya kembali ke area USD 1.830 - USD 1.835.
"Hal itu dapat mengecewakan beberapa investor." kata dia.
Kepala The Fed Minneapolis memperkirakan inflasi yang lebih tinggi dalam beberapa bulan ke depan. Namun menurutnya bank sentral AS tidak boleh bereaksi berlebihan terhadap inflasi yang meningkat karena kemungkinan bersifat sementara.
Advertisement