Sukses

Mendag Muhammad Lutfi Akhirnya Buka Suara Penyebab Harga Minyak Goreng Naik

Harga minyak goreng meroket tinggi dalam beberapa bulan terakhir, apa penyebannya?

Liputan6.com, Jakarta - Harga minyak goreng meroket tinggi dalam beberapa bulan terakhir. Menteri Perdagangan (Mendag) Muhammad Lutfi mengungkapkan penyebab kenaikan harga minyak goreng belakangan ini.

Menurutnya, kenaikan harga minyak goreng merupakan konsekuensi atas meroketnya harga komoditas minyak kelapa sawit atau crude palm oil (CPO).

"Kalau kita lihat sekarang sebenarnya barang apa yang kita jual? Pertama yang paling besar itu adalah yang kita jual adalah produk minyak nabati HS nomor 15 yaitu kelapa sawit," kata Lutfi, Jakarta, Jumat (19/11/2021).

Ada dua dampak yang terjadi akibat kenaikan harga CPO tersebut. Pertama ekspor Indonesia membaik karena memang sebagian besar produk minyak kelapa sawit diekspor. Namun hal tersebut juga berdampak ke dalam negeri yaitu kenaikan harga minyak goreng. 

"Kita ini menjual kira-kira USD 27 miliar pada 2020. Pada Oktober 2021 saja kita menjual USD 3,36 miliar," jelasnya.

Menurut Lutfi, harga kelapa sawit kini dibanderol USD 1.250 per ton. Ia memperkirakan harga tersebut akan terus melambung dan berpotensi menyentuh USD 1.500 per ton.

"Akan naik lebih dari USD 1.500 pada tahun depan karena panen dari pada kelapa sawit kita ini, panen dari kelapa sawit dari seluruh dunia itu tidak akan terlalu baik," paparnya.

 

* Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

2 dari 2 halaman

Cara Kendalikan

Dalam mengontrol harga minyak goreng, pemerintah menetapkan harga eceran tertinggi (HET) minyak goreng Rp 11.000 per liter ketika harga kelapa sawit dikisaran USD 600 per ton. Namun kini harga minyak goreng terancam naik dua kali lipat terkerek harga CPO.

"Begitu harganya dua kali lipat maka harga minyak goreng hari ini lebih dari Rp 16.000, terkadang lebih dari Rp 16.000 sebagai bagian yang tertinggi. Tetapi ini konsekuensi dari pada market international," tandasnya.

Anggun P. Situmorang

Merdeka.com