Sukses

Kejar Target, Pertumbuhan Ekonomi Indonesia di Kuartal IV 2021 Harus 6 Persen

Target pertumbuhan 6 persen pada kuartal IV 2021 bisa dicapai melihat beberapa indikator.

Liputan6.com, Jakarta - Ekonomi Indonesia diproyeksi bisa tumbuh 4 persen sepanjang 2021. Namun ada syarat yang perlu dilakukan untuk mencapai target tersebut, yakni memacu pertumbuhan ekonomi di kuartal IV 2021 sekitar 5,5-6 persen.

Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto mengatakan, pertumbuhan ekonomi Indonesia di kuartal IV 2021 perlu dipacu melihat di kuartal I 2021 Indonesia membukukan pertumbuhan ekonomi negatif.

“Kalau kita mau tumbuh sekitar 4 persen tahun ini, maka di kuartal IV ini kita harus memacu di 5,5-6 persen,” katanya dalam Economic Outlook 2022, Senin (22/11/2021).

Jika capaian itu tercapai, Menko Airlangga optimistis tahun depan perekonomian indonesia bisa tumbuh sekitar 5,2 persen.

Target pertumbuhan 5,5-6 persen pada kuartal IV 2021 yang disebutkannya tadi bisa dicapai melihat beberapa indikator. Diantaranya PMI manufaktur dan Indeks Keyakinan konsumen yang telah mencatatkan angka positif.

“Itu dimungkiknkan dengan beberapa indikator, dari PMI dan Indeks keyakinan konsumen itu sudah positif dan kita perkirakan dengan tahun ini bisa capai 4 persen, maka tahun depan kita optimis di 5,2 persen,” katanya.

Tiga lembaga keuangan global pun telah menaruh angka proyeksi pertumbuhan ekonomi pada 2021 dan prediksi pertumbuhan pada 2022 mendatang.

Misalnya, OECD memproyeksikan pertumbuhan ekonomi global sebesar 5,7 persen pada 2021 dan menjadi 4,5 persen di 2022. Lalu IMF yang memproyeksikan pertumbuhan sebesar 5,9 persen di 2021 dan menjadi 4,9 di 2022 mendatang.

“Dan demikian juta World Bank, dari 5,6 persen di 2021, menjadi 4,3 di 2022,” katanya.

 

* Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

2 dari 2 halaman

Tantangan

Menko Airlangga menuturkan sejumah tantangan pertumbuhan ekonomi secara global, khususnya bagi Indonesia. Sehingga pemerintah masih perlu menerapkan kebijakan ‘gas dan rem’ untuk mengantisipasi dampaknya.

Pertama, adanya peningkatan kasus covid-19 yang berpotensi jadi gelombang baru di Eropa jadi ancaman tersendiri untuk pertumbuhan ekonomi.

“dan yang kedua kita juga menjaga kepastian geopolitik dari perang dagang yang dilanjutkan saat Covid-19 dan keadaan geopolitik ini berpengaruh di kawasan Indo-Pasifik, karena kelihatan mampu mengkatkan temperatur terutama dengan kerja sama aukus antara Inggirs-Amerika Serikat-Australia untuk merespons kenaikan temperatur politik di kawasan Indo-Pasifik,” tuturny.

Selanjutnya, Tapering Off The Fed juga memiliki pengaruh dalam pertumbuhan ekonomi global. Lalu krisis energi akibat naiknya harga-harga energi.

“Kenaikan harga energi ini juga diperkirakan sangat berpengaruh kepada negara kita terutama subsidi energi. Kemudian juga dalam menghadapi perubahan iklim,” katanya.