Sukses

Serapan Tembakau Turun, Petani Protes Kenaikan Tarif Cukai

Sejumlah Koalisi Masyarakat Pertembakauan (Kompak) melakukan aksi protes ke Gedung Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian.

Liputan6.com, Jakarta Sejumlah Koalisi Masyarakat Pertembakauan (Kompak) melakukan aksi protes ke Gedung Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian, Senin (22/11). Aksi ini menuntut agar pemerintah untuk tidak menaikan tarif cukai hasil tembakau (CHT) di 2022.

Kordinator Kompak, Azam mengatakan, kenaikan cukai rokok tembakau di tahun depan tidak tepat. Mengingat, kondisi di sektor hulu petani sedang tidak baik-baik saja.

"Kemarin panen sedang tidak bagus dan harga tidak kunjung bagus dikarenakan produksinya menurun," kata dia saat ditemui di Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian, Jakarta.

Saat ini serapan dari pabrikan ke petani bahan bakunya tengah menurun. Sementara kenaikan cukai rokok secara otomatis bakal memangkas harga untuk pembelian bahan baku.

"Karena ketika harga rokok naik, yang naik itu cukainya bukan nilai tawar dari pembelian petani tembakau maupun cengkeh. Itu satu," kata dia.

Tak hanya di sisi hulu, kenaikan cukai rokok juga berpotensi terjadinya Pemutusan Hubungan Kerja (PHK) di sektor padat karya Sigaret Kretek Tembakau (SKT). Mayoritas para pekerja di sektor tersebut adalah perempuan dan juga masyarakat marjinal.

"Maka akan bahaya bagi sektor ketenagakerjaan kita jangan sampai pengangguran kita yang tahun ini meningkat sebanyak 9 juta kembali bertambah dengan adanya PHK dari sektor tenaga kerja SKT tersebut," jelas dia.

 

* Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

2 dari 2 halaman

Kenaikan Cukai Sudah Dihitung Matang

Terpisah, Asisten Deputi Pengembangan Industri, Atong Soekirman mengatakan, rencana kenaikan cukai rokok tembakau sudah diperhitungkan matang oleh pemerintah. Baik dari industri tembakau, tenaga kerja hingga kesehatan.

Pemerintah pun menjamin, kenaikan cukai rokok di tahun depan tidak akan terlalu besar. "Kami di Kemenko ini selalu mendiskusikan ada kenaikan tapi tidak ekstrem," katanya ketika menerima audiensi para pendemo.

Reporter: Dwi Aditya Putra

Sumber: Merdeka.com