Liputan6.com, Jakarta - Harga minyak mampu naik tipis pada perdagangan Senin tetapi masih berada di bawah tekanan karena peningkatan kasus Covid-19 di Eropa dan potensi pelepasan cadangan minyak Jepang dan India. Kedua faktor tersebut meningkatkan kekhawatiran kelebihan pasokan dan pelemahan permintaan.
Mengutip CNBC, Selasa (23/11/2021), harga minyak mentah Brent dan harga minyak minyak mentah West Texas Intermediate (WTI) AS turun lebih dari USD 1 pada awal perdagangan, mencapai level terendah sejak 1 Oktober.
Namun kemudian, harga minyak mampu kembali merangkak naik. Harga minyak Brent naik 83 sen atau 1 persen menjadi USD 79,70 per barel. Sementara harga minyak mentah AS naik 80 sen atau 1 persen menjadi USD 76,73 per barel.
Advertisement
Analis minyak PVM Oil Associates Tamas Varga mengatakan, rencana penguncian nasional di Eropa telah menimbulkan kekhawatiran tentang pertumbuhan ekonomi dan permintaan minyak.
Ia melanjutkan, investor mencari tempat berlindung yang aman seperti dolar AS di awal sesi, berkontribusi pada penurunan tajam harga minyak.
Austria masuk ke penguncian nasional keempat pada Senin ketika Eropa kembali menjadi pusat pandemi virus corona. Jerman juga dapat memberlakukan pembatasan baru, dengan politisi memperdebatkan penguncian untuk orang yang tidak divaksinasi.
Dolar AS diperdagangkan mendekati level tertinggi 16 bulan terhadap euro pada hari Senin, membuat minyak mentah yang dihargakan dalam dolar lebih mahal bagi pembeli dengan mata uang lainnya.
Baca Juga
* Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.
Cadangan Minyak
Sementara itu, prospek pelepasan minyak dari cadangan minyak strategis (SPR) mempertahankan tekanan harga pada minyak dan menjaga Brent di bawah level psikologis penting USD 80 per barel.
Pejabat Jepang dan India sedang mencari cara untuk melepaskan cadangan minyak mentah nasional bersama-sama dengan Amerika Serikat dan ekonomi utama lainnya untuk meredam harga.
"Harga bensin hampir USD 4 per galon dan saat itulah politisi di AS menjadi sangat gugup," kata Fereidun Fesharaki, kepala konsultan Facts Global Energy.
Tetapi setiap rilis SPR hanya akan berdampak selama dua atau tiga minggu sebelum semuanya kembali ke tempat semula.
Pelepasan SPR gabungan bisa menggelontorkan 100 juta hingga 120 juta barel atau bahkan lebih tinggi, analis Citi mengatakan dalam sebuah catatan.
Advertisement