Sukses

Kebutuhan akan Plastik Sulit Digantikan Kertas, Apa Sebabnya?

Keberadaan kertas dinilai tidak akan mampu menggantikan kebutuhan masyarakat akan plastik.

Liputan6.com, Jakarta Keberadaan kertas dinilai tidak akan mampu menggantikan kebutuhan masyarakat akan plastik. Hal ini terlebih dalam memproduksi kertas dibutuhkan bahan baku yang berasal dari pohon.

Hal tersebut diungkapkan VP Corporate Relations & Sustainability Chandra Asri, Edi Rivai dalam diskusi industri virtual yang diadakan oleh asosiasi aromatik, olefin, dan plastik (inaplas) bekerja sama dengan Indoplas, bertema business recovery, sustainability and circular economy for petrochemical and plastic  industry, di Jakarta.

"Kalau kita mau gantikan plastik dengan kertas. Katakan di Eropa saja, setidaknya menebang 220 juta pohon. Jadi bayangkan kalau kita say no plastic ganti pakai kertas. Maka kita harus menebang pohon 220 juta per tahun, itu untuk Eropa saja," kata Edi, dikutip Jumat (26/11/2021).

Menurutnya, besarnya kebutuhan pohon tersebut, tidak akan mungkin dapat terpenuhi karena adanya keterbatasan lahan."Tidak ada lahan untuk tanam pohon di Eropa," ucapnya.

Selain itu, kata Edi, plastik juga berperan terhadap keselamatan masyarakat saat menggunakan mobil, karena bahan baku dari sabuk pengaman yaitu plastik.

Ia pun menegaskan, bahan plastik yang diubah menjadi sabuk pengaman atau safety belt, sudah terbukti mengurangi 45 persen kecelakaan yang fatal.

"Lebih dari 3 ribu orang selamat dampak dari kecelakaan. Jadi plastik bagian dalam kehidupan sehari-hari, sikat gigi pun menggunakan plastik," paparnya.

Dalam kesempatan yang sama, Edi mengatakan, PT Chandra Asri Petrochemical Tbk terus mengawal agenda pengembangan ekonomi sirkular yang dicanangkan. Tahun ini, emiten berkode saham TPIA ini ingin mengimplementasikan pemanfaatan sampah plastik dalam pembangunan aspal jalan sepanjang 30 kilometer (km) yang tersebar di beberapa titik.

Edi Rivai mengatakan pembangunan aspal jalan berbahan campuran plastik akan dilakukan pada beberapa titik di sejumlah kota seperti Serang, Semarang,  Cilegon, dan Tegal. Oleh karenanya, proyek ini akan dilakukan dengan menggandeng pemerintah kota setempat di target lokasi serta beberapa pihak lainnya.

"Harapan kami pemerintah kota dapat mendukung upaya ini, kami juga terus bekerja sama dengan Menkomaritimvest, Pusjatan-PUPR, KLHK,” kata Edi.

Sejauh ini, proyek ini sudah terealisasi di dua titik, yakni di Universitas Dian Nuswantoro, Semarang dan Pabrik Butene-1 (B-1), Methyl Tert-Butyl Ether (MTBE) baru TPIA.

 

 

* Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

2 dari 2 halaman

Pemanfaatan Sampah Plastik

Pemanfaatan sampah plastik sebagai bahan campuran dalam pembuatan aspal sebenarnya bukan merupakan hal yang asing bagi TPIA.

Mengintip laporan tahunan 2019, TPIA telah melakukan uji coba pemanfaatan 2,2 juta lembar kantong plastik bekas pakai jenis HDPE (high density polyethylene) alias kantong kresek sebagai campuran aspal  di area pabrik seluas 1,8 km persegi. Proyek uji coba ini dilakukan dengan bekerja sama dengan pihak  Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR).

Uji coba yang dilakukan menghasilkan kesimpulan bahwa campuran plastik dapat menambah daya tahan deformasi aspal sebesar 40 persen sehingga aspal yang dibuat tidak mudah retak dan lebih kuat dibanding aspal pada umumnya. 

Berangkat dari temuan di atas, TPIA selanjutnya kembali mendorong implementasi aspal plastik di sejumlah wilayah dengan berkolaborasi bersama beberapa pemangku kepentingan seperti Pemerintah Kota (Pemkot) Cilegon, Pemkot Tegal, dan Balai Besar Pelaksanaan Jalan Naisonal (BPPJN) VI Bina Marga PUPR dalam pembangunan aspal plastik di sebanyak 40 titik dengan total panjang jalan hingga 22,23 km.

Proyek yang dilakukan di bawah supervisi dari Pusat Penelitian dan Pengembangan Jalan dan Jembatan (Pusjatan) PUPR ini menyerap sekitar 18,75 juta lembar kantong plastik.

Adapun pasokan kantong kresek yang digunakan dalam pembuatan aspal diperoleh dari Tempat Pembuangan Akhir (TPA) setempat dengan melibatkan anggota Asosaisi Daur Ulang Plastik Indonesia (ADUPI), Ikatan Pemulung Indonesia (IPI), serta dinas lingkungan hidup setempat.