Sukses

Menteri Bahlil Minta Industri Migas Rangkul Pengusaha Daerah: Jangan Semua dari Jakarta

kerjasama antara Kementerian Investasi bersama SKK migas selama ini sudah sangat baik dalam mengikutsertakan pengusaha yang bergerak di sektor hulu.

Liputan6.com, Jakarta - Menteri Investasi/Kepala BKPM (Badan Koordinasi Penanaman Modal), Bahlil Lahadalia, ingin agar sektor industri hulu migas (minyak dan gas) memiliki efek pengganda (multiplier effect) lebih bagi perekonomian daerah.

Untuk itu, ia pun mengajak para pelaku industri migas besar merangkul pengusaha-pengusaha daerah ikut serta menggarap proyek, meski secara kualitas tidak semumpuni seperti yang dari Jakarta.

Bahlil mengapresiasi kerjasama antara dirinya bersama SKK migas, yang selama ini sudah sangat baik dalam mengikutsertakan teman-teman pengusaha yang bergerak di sektor hulu.

"Karena kami punya satu kebijakan, silakan teman-teman pengusaha yang hulu (migas) ini mengerjakan project-project-nya di daerah, tapi jangan lupakan daerah," imbuh Bahlil saat The 2nd IOG 2021 di Bali Nusa Dua, Senin (29/11/2021).

"Sudah harus kita merubah, orang daerah sebagai subjek dan objek pembangunan ekonomi. Jangan semua kontraktor diambil dari Jakarta, harus teman-teman di daerah juga diikutkan," tegasnya.

Meski secara kapasitas para pengusaha dan pekerja di daerah tidak sebaik yang dari Jakarta, Bahlil tetap ingin mereka ikut dilibatkan. Sehingga terjadi transfer ilmu dan pemerataan pembangunan hingga ke pelosok.

"Katakanlah mereka belum siap. Ini kan pertanyaannya, ayam dulu atau telur dulu. Ini harus kita bareng-bareng, karena jangan hanya bencana yang didapatkan teman-teman daerah. Mereka juga harus jadi bagian daripada proses pembangunan," tuturnya.

* Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

2 dari 2 halaman

Kejar Target Produksi Migas Nasional Butuh Inisiatif

Pemerintah berharap cadangan minyak dan gas (migas) nasional masih bisa terus tumbuh. Potensi cadangan minyak dan gas bumi Indonesia dinilai masih menjanjikan.

Hal yang harus jadi perhatian adalah keinginan untuk bisa menemukan cadangan migas kembali did alam negeri. Dikatakan jika sejatinya berbagai instrumen untuk mendorong pencarian cadangan migas sudah disediakan oleh pemerintah.

Sekretaris Dewan Energi Nasional (DEN), Djoko Siswanto menilai jika salah satu upaya demi menekan penurunan produksi migas atau bahkan meningkatkan produksi dengan menerapkan Enhanced Oil Recovery (EOR).

Berbagai pendukung yang dibutuhkan pengusaha dalam menerapkan EOR sudah disediakan oleh pemerintah. Demikian pula dari sisi teknologi juga sudah tersedia. Hal tersisa hanyalah keinginan untuk mewujudkan hal ini.

Kalaupun teknologi belum tersedia di tanah air, kontraktor bisa bekerja sama dengan mitra yang sudah menguasai teknologi tersebut.

“Langsung diterapkan (EOR) teken kontrak dengan vendornya (mitra) apalagi ini konsepnya “No Cure No Pay” dicontoh saja kontrak yang sudah ada, simple kalau sudah ada contoh real yang sudah berhasil,” kata Djoko, Kamis (25/11/2021).

Pemerintah telah memetakan 34 lapangan migas yang menjadi kandidat lokasi proyek EOR. Proyek EOR merupakan salah satu strategi pemerintah untuk mengejar target produksi minyak 1 juta barel per hari (bph) pada 2030.

Dalam data pemerintah tersebut, ke-34 kandidat lapangan tersebut adalah Rantau, Bangko, Bekasap, Kulim, Balam South, Petani, Pematang, Zamrud, Beruk, Pedada, Pusak, Sago, Limau Q51, Ramba, Belida, Melibur, Gemah, Makmur, Jirak, Kaji, Semoga, Iliran High, Rama, Krisna, Widuri, E-main, Zulu, MQ, Jatibarang, Mudi, Sukowati, Tanjung, Handil dan Gundih.

Inisiasi untuk terapkan EOR dengan menginjeksikan CO2 saat ini secara intensif sedang dikaji di lapangan Sukowati dan Gundih.

Kemudian EOR memanfaatkan bahan kimia atau chemical EOR sebagai salah satu strategi utama untuk meningkatkan produksi minyak sebenarnya juga sudah dilakukan di lapangan Tanjung.

Adapun kelanjutan pilot project ini untuk temukan bahan kimia yang tepat dan sesuai dengan karakteristik reservoir sehingga bisa diterapkan secara penuh (full scale).

Sementara untuk chemical EOR lainnya juga sudah diterapkan di blok Rokan ketika masih dioperatori oleh Chevron Pacific Indonesia (CPI).

Penerapan chemical EOR tersebut rencananya akan kembali dilakukan oleh Pertamina melalui afilisasinya sebagai operator di Rokan yakni Pertamina Hulu Rokan (PHR).

Rencananya PHR akan sodorkan rencana pengembangan (Plan of Development/PoD) proyek EOR-nya pada Januari 2022.

Menurut Djoko, data yang ada menunjukkan potensi untuk meningkatkan produksi migas cukup besar, sehingga pelaku usaha tinggal putuskan dimana lokasi yang tepat untuk dilakukan penerapan EOR tersebut.

“Inisiatif dari vendor dan KKKS tinggal tunjuk aja kan dan kasih info sumur minyak mana yang perlu dinaikan produksinya,” tegas Djoko.