Sukses

Dukung Ahok Bongkar Bobrok BUMN, Erick Thohir: Saya Tak Mau Terus di Zona Nyaman

Menteri BUMN Erick Thohir angkat suara menanggapi banyaknya masalah kontrak yang terjadi di tubuh BUMN, seperti yang diungkapkan Basuki Tjahaja Purnama atau Ahok

Liputan6.com, Jakarta Menteri BUMN Erick Thohir angkat suara menanggapi banyaknya masalah kontrak yang terjadi di tubuh perusahaan pelat merah.

Diketahui, beberapa waktu lalu, Komisaris Utama PT Pertamina, Basuki Tjahaja Purnama atau Ahok menyebut banyak kontrak BUMN yang bermasalah.

Menanggapi pernyataan Ahok, Menteri Erick mengungkit soal transparansi dan bisnis proses di BUMN. Termasuk juga yang ada di tubuh Pertamina.

"Ya saya rasa yang disampaikan pak komut itu kan sebuah pembicaraan, coba teman-teman media cek statement saya dari tahun 2020 mengenai perbaikan daripada 5 fondasi bumn mengenai bisnis proses," katanya kepada wartawan di Gedung Kementerian BUMN, Rabu (1/12/2021).

Lantas, atas pernyataan Ahok itu, Menteri Erick berterima kasih. Ia pun meminta adanya review di tubuh Pertamina, layaknya yang ia lakukan di seluruh perusahaan negara.

"Jadi kalau pak Ahok pak komut menyatakan itu saya mengucapkan terima kasih, tolong direview yang ada di Pertamina seperti saya juga mereview keseluruhan bumn. itu yang kita lakukan, transparansi dan bisnis proses," katanya.

Diketahui, dalam saluran YouTube 'Panggil Saya BTP', Ahok menyinggung banyaknya kontrak di BUMN yang merugikan. Ia juga mengaku, hal itu juga dialami di tubuh Pertamina, yang saat ini juga sedang dibenahi oleh Ahok.

 

 

* Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

2 dari 2 halaman

Bandingkan dengan Perkembangan Amerika Latin

Lebih lanjut, Menteri Erick juga menyinggung pernyataannya di acara National Sugar Summit 2021 tentang gagal berkembangnya Amerika Latin.

Ia mengisahkan membaca laporan dari Nikkei terkait potensi perkembangan yang bisa dilakukan oleh Amerika Latin. Namun sayang, salah satu benua itu tak mampu berkembang karena minimnya komitmen dan kolaborasi.

Dari tulisan yang dibaca Erick, suasana Amerika Latin saat itu kini sedang dialami oleh Asia. Artinya, jika tak mampu melakukan kolaborasi antara bangsa dan individu penunjang, maka bonus demografi yang akan terjadi tak bisa dimanfaatkan untuk perkembangan bangsa.

"Tapi saya cuma mau ingatkan, tadi yang statement di nikkei kalau kita tidak mengembangkan ekosistem Industri modern kita tidak melakukan R&D, investasi akhirnya kita tertinggal," tukasnya.