Liputan6.com, Jakarta Di dalam Konferensi Tingkat Tinggi Perserikatan Bangsa Bangsa (KTT PBB) terkait perubahan iklim edisi ke 26 atau (COP26), Indonesia telah berkomitmen untuk berkontribusi lebih cepat bagi target dunia untuk mencapai nol emisi karbon atau net zero emission atau nol emisi karbon khususnya melalui pengembangan energi baru dan terbarukan. Lalu bagaimana nasib energi fosil seperti minyak dan gas bumi yang telah sekian lama menjadi bagian penting dari Indonesia?
Pertanyaan tersebut mengemuka dalam The 2nd International Convention on Indonesian Upstream Oil and Gas 2021, konvensi minyak dan gas bumi terbesar di Indonesia yang digelar SKK Migas dari Senin (29/11) sampai Rabu (1/12) lalu di Nusa Dua, Bali, dan disaksikan masyarakat luas secara virtual.
Baca Juga
Konvensi internasional ini diselenggarakan SKK Migas dalam rangka mendukung pencapaian visi bersama industri hulu migas, yaitu target produksi minyak 1 juta barel per hari (BOPD) dan produksi gas 12 milyar kaki kubik per hari (BSCFD) di tahun 2030. Komitmen Indonesia terkait net zero emission mendominasi topik diskusi.
Advertisement
Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto yang hadir sebagai salah satu pembicara kunci mengatakan, Indonesia perlu siap menghadapi era transisi energi menuju energi hijau. Meskipun demikian, guna menjamin kecukupan pasokan energi dan mendukung kegiatan ekonomi, Indonesia tetap akan membutuhkan minyak dan gas bumi sebagai sumber energi dan bahan baku utama.
"Bahkan gas sebagai sumber daya energi yang emisinya rendah tentunya mempunyai peran yang dapat ditingkatkan untuk menggantikan energi fosil lainnya," ujar Menko Airlangga.
Wakil Kepala SKK Migas Fatar Yani mengatakan perjalanan menuju net zero emission serta peran penting sektor hulu migas dalam rangka kelanjutan ketahanan energi dan kestabilan makroekonomi menciptakan tantangan tersendiri, utamanya bagaimana sektor ini dapat melakukan eksplorasi dan produksi dengan cara-cara yang lebih ramah lingkungan dan berkelanjutan.
"Perlu diingat bahwa perjalanan menuju Net Zero Emission bukanlah merupakan sprint tetapi marathon. Kita semua harus bertransformasi dan transformasi tersebut harus dimulai hari ini," ujar Fatar pada penutupan konvensi.
Konvensi IOG 2021 berlangsung selama tiga hari dari 29 November sampai 1 Desember 2021. Kegiatan ini dilaksanakan di Denpasar, Bali, dan disaksikan secara virtual oleh publik luas baik dari dalam maupun luar negeri. Acara ini menampilkan 7 pembicara utama dari dalam dan luar negeri; 5 diskusi panel, 11 concurrent forums; serta CEO forum yang dihadiri wakil kepala SKK Migas bersama 7 pimpinan Kontraktor KKS. Seluruh rangkaian acara ini disaksikan oleh lebih dari 140.000 audiens setiap harinya.
Â
(*)