Sukses

BI Sunat Likuiditas di Pasar Keuangan Secara Bertahap pada 2022

Bank Indonesia (BI) berencana untuk mengurangi secara bertahap suntikan likuiditas di pasar keuangan pada tahun 2022.

Liputan6.com, Jakarta Bank Indonesia (BI) berencana untuk mengurangi secara bertahap suntikan likuiditas di pasar keuangan pada tahun 2022 mendatang.

"Kami sampaikan secara jelas arah bauran kebijakan moneter tahun depan, secara bertahap akan menguranginya likuiditas sedikit-sedikit," kata Gubernur Bank Indonesia Perry Warjiyo dalam acara Pertemuan Tahunan Bank Indonesia (PTBI) 2021, Kamis (2/12).

Meski begitu, Perry memastikan, kebijakan pengurangan likuiditas akan dilakukan secara terukur dan berhati-hati. Hal ini dimaksudkan agar kemampuan perbankan tetap terjaga dalam menyalurkan kredit.

"Kami pastikan likuiditas di perbankan masih lebih," tekannya.

Perry menyatakan, keputusan tersebut perlu diambil guna memperkuat stabilitas moneter dan sistem keuangan dalam negeri. Mengingat, kondisi likuiditas saat ini terbilang berlebih.

"Kami sampaikan secara jelas arah bauran Bank Indonesia tahun depan ialah menjaga stabilitas," tekannya.

Selain memangkas likuiditas, Bank Indonesia (BI) juga berkomitmen untuk mempertahankan suku bunga acuan atau BI 7-Day Reverse Repo Rate/BI7DRRR di level 3,50 persen hingga munculnya tanda-tanda lonjakan inflasi. Hal ini disampaikan langsung oleh Gubernur BI, Perry Warjiyo.

"Suku bunga (acuan) rendah 3,5 persen akan dipertahankan sampai ada tanda-tanda terjadi kenaikan inflasi," tegasnya.

Perry menyampaikan, keputusan untuk mempertahankan suku bunga acuan rendah ini diperlukan untuk menjaga stabilitas nilai tukar dan sistem keuangan, di tengah prakiraan inflasi yang rendah dan upaya untuk mendukung pertumbuhan ekonomi nasional.

"Kami sampaikan secara jelas arah bauran kebijakan BI tahun depan, dengan menyikapi ketidakpastian global tentu saja kepentingan negeri ini memerlukan stabilitas," tandasnya.

 

* Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

2 dari 2 halaman

OJK Khawatir Likuiditas Melimpah Timbulkan Beban Bagi Bank

Sebelumnya, Direktur Eksekutif Penelitian dan Pengaturan Perbankan Otoritas Jasa Keuangan (OJK), Anung Herlianto menyoroti kondisi likuiditas di perbankan nasional yang berlebih selama pandemi Covid-19.

Sebab, tingkat likuiditas yang berlebih bisa menimbulkan beban tersendiri bagi pihak bank. Meski demikian, dia tidak menyebutkan berapa besar tingkat likuiditas yang saat ini di perbankan nasional.

"Selama ini likuiditas berlebih nih, likuiditas di sisi lain bisa menimbulkan beban bagi bank," ujarnya dalam webinar IDX, Selasa (21/9).

Anung pun meminta pihak perbankan untuk bisa segera menyalurkan dana yang menumpuk tersebut. Di antaranya mendorong pertumbuhan kredit baru dengan memanfaatkan momentum pemulihan ekonomi nasional. "Oleh karena itu harus ada outlet segera yang untuk disalurkan. Bank saya kira sudah tidak sabar untuk itu," tutupnya.