Sukses

3 Perusahaan Siap IPO, Erick Thohir Beri Catatan Khusus BUMN Ini

Erick Thohir mengatakan telah ada 28 perusahaan pelat merah yang go public, namun 6 perusahaan diantaranya dinilai tidak maksimal.

Liputan6.com, Jakarta Sebanyak 3 perusahaan akan melantai di bursa saham (Initial Public Offering/IPO) pada akhir 2021 hingga 2022. Salah satunya adalah Adhi Commuter Properti.

Terkait rencana IPO Adhi Commuter Properti yang berlangsung pada Desember 2021 ini, Menteri BUMN Erick Thohir memberikan catatan khusus. Ini mengingat rencana tersebut merupakan keputusan yang diambil sebelum dirinya memimpin Kementerian BUMN.

Dia mengaku masih menunggu keputusan dari Kementerian Keuangan dan Otoritas Jasa Keuangan. Dan akan terus memantau perkembangan kedepannya.

“Ada catatan kecil dari kami, karena ini keputusan pada 2018 sebelum kami menjabat (Menteri BUMN), mengenai Adhi Commuter Properti ini masih menunggu Kemenkeu dan OJK. Kami terus memantau karena ini kebijakan 2018, tetapi kami terus terang ini kita menunggu juga, karena kami juga cukup concern untuk IPO ya,” kata dia dalam rapat kerja dengan Komisi VI DPR RI, Kamis (2/12/2021).

Dia mengatakan telah ada 28 perusahaan pelat merah yang go public, namun 6 perusahaan diantaranya dinilai tidak maksimal.

“Kita juga gak mau IPO-kan BUMN yang tak maksimal. Ini jadi catatan dari kami, karena ini sudah diputuskan (Adhi Commuter Properti), jadi kami tetap mengawal saja,” jelas dia.

Adapun pada 2022, ada dua perusahaan yang direncanakan akan melangsungkan IPO. Diantaranya PT Pertamina Geothermal Energy dan PT ASDP Indonesia Ferry.

PGE direncanakan melakukan IPO pada kuartal kedua 2022. Langkah cucu Pertamina di bidang panas bumi ini disebut-sebut sebagai dukungan terhadap transisi menuju green energy.

“Untuk 2022, kita akan Go-Public-kan Pertamina Geothermal Energy, kita tahu dorongan dunia kepada green energy, green economy,” jelas dia.

 

 

2 dari 2 halaman

Eropa

Dia mencontohkan Eropa yang sudah memutuskan banyak komoditas yang tak bisa masuk ke wilayahnya. Mulai dari kelapa sawit, daging, dan komoditas lainnya jika tak memanfaatkan energi hijau.

“Bukan berarti kita takut kepada Eropa, tapi kita juga punya pasar mandiri, terbukti kita ditekan di kelapa sawit, tapi kita bisa lakukan B30, ini kita bisa mandiri,” kata dia.

Langkah tersebut, menurut Erick sebagai bukti bahwa market yang dimiliki oleh Indonesia merupakan pasar yang kuat.

Dia menegaskan tetap mengikuti alur perkembangan globalisasi, namun bukan dalam arti membuka sumber daya alam tanah air untuk pertumbuhan negara lain.

“Untuk Pertamina Geothermal Energy ini, alternatifnya kita jadi bagian dari green electric, eco lifestar untuk listrik. Nah ini kita akan IPO-kan ke arah sini, rencana juga bagian dari 15 GW yang PLN harus transformasi dari fosil ke green energy,” tuturnya.