Sukses

Tembakau Deli Terbaik di Dunia

Pengusaha Jerman menilai kualitas tembakau asal Deli, Sumatera Utara, merupakan yang terbaik di dunia.

Petani tembakau nasional patut berbangga. Pengusaha Jerman menilai kualitas tembakau asal Deli, Sumatera Utara, merupakan yang terbaik di dunia.  

“Walaupun banyak daerah lain, baik di Indonesia maupun internasional, yang menghasilkan tembakau dengan jumlah lebih banyak daripada Deli, namun kualitas tembakau asal Deli adalah yang teratas,” ujar Direktur Utama Hellmering Köhne & Co., Wolfgang Köhne dalam situs resmi Kementerian Perdagangan, Sabtu (22/12/2012).

Köhne menyebutkan perpaduan antara benih, jenis tanah dan iklim di daerah Deli paling cocok untuk tanaman tembakau. Tembakau Deli, yang harganya dapat mencapai EUR 150 per kilogram, sudah dikenal lebih dari 120 tahun oleh bangsa Jerman. Bukti-bukti sejarah tembakau Deli dan peran bangsa Jerman dalam mempopulerkan tembakau Deli ke dunia sudah tercatat pada abad ke-19.

Kualitas tersebut pula yang menyebabkan pasar tembakau di Eropa, khususnya di Jerman tetap stabil bahkan cenderung terus naik. Krisis ekonomi dan utang di Eropa juga tidak banyak berpengaruh terhadap konsumsi tembakau.

Produk-produk tembakau yang sangat digemari di Jerman adalah cerutu lintingan asal Sumatera. Ramuan cerutu ini bisa dikombinasikan dengan tembakau dari daerah lain sehingga memiliki cita rasa yang istimewa. Sedangkan cerutu tembakau asal Sumatera merupakan produk eksklusif di Jerman.

Hellmering, Köhne & Co merupakan perusahaan tembakau yang berpusat di Bremen, Jerman. Perusahaan ini telah melakukan kegiatan usaha di Indonesia sejak tahun 1959. Perusahan milik keluarga yang turun temurun ini merupakan rekan terpercaya Indonesia dalam memasarkan tembakau asal Sumatera di Jerman dan negara lain di Eropa.

Ekspor tembakau Indonesia ke Uni Eropa pada tahun 2011 mencapai 15.698 ton atau senilai US$ 85,3 juta. Nilai ini meningkat 52,13 persen dibanding dengan tahun 2007. Sedangkan pada periode Januari-Mei 2012 ekspor tembakau mencapai 6.409 ton atau senilai 34,3 juta, menurun 8 persen di 2011 pada periode yang sama.(NUR/IGW)
    Video Terkini