Liputan6.com, Jakarta PT Angkasa Pura I atau AP I tengah mengalami tekanan terhadap kinerjanya akibat pandemi Covid-19. Perusahaan hanya mengantongi pendapatan Rp 3,9 triliun di 2020 dari sebelumnya Rp 8,6 triliun di 2019.
Pendapatan AP I diprediksi diramal kembali turun pada 2021 ini akibat anjloknya jumlah penumpang yang hanya mencapai 25 juta orang.
“Dengan situasi trafik yang menurun dan adanya tekanan keuangan, Angkasa Pura I harus dihadapkan dengan kewajiban membayar pinjaman sebelumnya yang digunakan untuk investasi pengembangan bandara,” kata Direktur Utama PT Angkasa Pura I Faik Fahmi, dalam keterangan resmi, Minggu (5/12/2021).
Advertisement
Digambarkan jika pandemi Covid-19 berdampak terhadap penurunan drastis trafik penumpang di 15 bandara AP I.
Sebagai gambaran, pada 2019, trafik penumpang di bandara Angkasa Pura I mencapai 81,5 juta penumpang.
Namun ketika pandemi Covid-19 melanda pada awal 2020, trafik penumpang turun menjadi 32,7 juta penumpang dan pada 2021 ini diprediksi hanya mencapai 25 juta penumpang.
Sebagai upaya keluar dari tekanan kinerja tersebut, manajemen perusahaan tengah menyusun skema restrukturisasi finansial maupun operasional yang direncanakan rampung pada Januari 2022.
“Namun di tengah situasi sulit ini, manajemen telah menyiapkan sejumlah inisiatif strategis untuk meminimalisir dampak pandemi terhadap kinerja Angkasa Pura I, yaitu dengan melakukan restrukturisasi operasional dan finansial," ujar Faik.
Dia mengingatkan jika sektor aviasi dan pariwisata merupakan sektor yang sangat terdampak pandemi Covid-19 di mana pandemi ini masih belum dapat diprediksi kapan akan berakhir.
"Situasi pandemi yang berkepanjangan membawa tekanan kepada kinerja operasional dan keuangan Angkasa Pura I,” lanjut dia.
Proses Restrukturisasi
Dalam restrukturisasi, perusahaan akan melakukan upaya asset recycling, intensifikasi penagihan piutang, pengajuan restitusi pajak, efisiensi operasional seperti layanan bandara berbasis trafik, simplifikasi organisasi, penundaan program investasi serta mendorong anak usaha untuk mencari sumber-sumber pendapatan baru (transformasi bisnis).
"Kami optimis dengan program restrukturisasi ini dapat memperkuat profil keuangan perusahaan ke depan. Terutama kemampuan kami untuk memastikan penambahan pendapatan cash in, efisiensi biaya dan upaya fund raising,” kata dia,
“Hal yang menggembirakan adalah adanya kenaikan trafik penumpang di akhir-akhir ini hingga mencapai 129.000 pada 28 November lalu dari rata-rata trafik sebelumnya yang hanya hanya sekitar 55.000 - 60.000 per hari. Hal ini yang membuat optimisme kami terjaga," ujar Faik Fahmi.
Selain itu, untuk mendorong peningkatan pendapatan lainnya, transformasi bisnis usaha yang dilakukan Angkasa Pura I adalah menjalin kerja sama mitra strategis untuk Bandara Hang Nadim Batam, Bandara Dhoho Kediri, Bandara Lombok Praya.
Kemudian pemanfaatan lahan tidak produktif seperti lahan Kelan Bay Bali; dan mengembangkan airport city Bandara Internasional Yogyakarta (YIA) serta eks Bandara Selaparang Lombok.
"Manajemen tengah berupaya keras untuk menangani situasi sulit ini dan berkomitmen untuk dapat survive dan menunaikan kewajiban perusahaan kepada kreditur, mitra, dan vendor secara pasti dan bertahap, dengan berbagai inisiatif strategis tersebut kami optimis dapat bertahan menghadapi kondisi sulit ini dan mulai bangkit pada 2022 serta dapat mencatatkan kinerja keuangan positif,” tuturnya.
Faik menargetkan total hasil restrukturisasi akan mencapai tambahan dana sebesar Rp 3,8 triliun, efisiensi biaya sebesar Rp 704 miliar dan perolehan fund raising sebesar Rp 3,5 triliun.
Kemudian, dengan adanya pembangunan bandara Angkasa Pura I maka secara konsolidasi menambah aset perusahaan. Di 2021 ini akan mencapai Rp 44 triliun dari semula Rp24 triliun di 2017, saat proyek-proyek pengembangan bandara mulai dilaksanakan.
Advertisement