Sukses

Varian Omicron Membayangi, Gerak Rupiah Bakal Fluktuatif

Nilai tukar rupiah terhadap dolar AS ditutup melemah di rentang 14.430 - 14.480 pada Senin, 6 Desember 2021.

Liputan6.com, Jakarta - Gerak rupiah diprediksi fluktuaktif pada perdagangan Selasa, 7 Desember 2021. Akan tetapi, rupiah masih berpotensi melanjutkan pelemahan seiring sentimen varian baru COVID-19, omicron.

Indeks dolar AS menguat pada Senin 6 Desember 2021. Rupiah ditutup melemah 22 poin, walaupun sebelumnya rupiah sempat melemah 30 poin di level Rp14.442 dari penutupan sebelumnya di level Rp 14.419.

Merujuk pada sejumah faktor baik dari global maupun dalam negeri, Direktur PT TRFX Garuda Berjangka, Ibrahim Assuaibi perkirakan rupiah bergerak fluktuatif tetapi berpotensi melanjutkan tren pelemahan.

"Untuk perdagangan besok, mata uang rupiah kemungkinan  dibuka  berfluktuatif namun ditutup melemah di rentang Rp 14.430 - Rp 14.480,” ujarnya dalam keterangan resmi, Senin (6/12/2021).

Adapun sentimen global yang mempengaruhi indeks dolar AS pada awal pekan ini di antaranya yakni ketidakpastian seputar Covid-19 varian omicron. Di saat bersamaan, terdapat ekspektasi data inflasi AS yang lebih panas meningkatkan tekanan pada suku bunga.

"Pasar treasury juga bergejolak dalam beberapa sesi terakhir, dengan kurva imbal hasil AS mendatar tajam di atas ekspektasi bahwa Federal Reserve AS akan bergerak terlalu cepat untuk mengekang inflasi dan pada akhirnya berdampak pada pertumbuhan ekonomi jangka panjang," beber Ibrahm.

Laporan pekerjaan beragam pada Jumat pekan lalu. Non-farm payrolls berada di 210.000 pada November, lebih rendah dari angka 550.000 dalam perkiraan yang disiapkan oleh Investing.com dan angka 546.000 bulan sebelumnya. Tingkat pengangguran turun menjadi 4,2 persen, terendah dalam 21 bulan.

"Data tersebut memperkuat pandangan tentang pengurangan aset Fed yang lebih cepat. Angka indeks harga konsumen yang akan dirilis akhir pekan ini juga diharapkan mendukung pandangan tersebut dan memberikan dorongan pada dolar AS,” kata dia.

Pasar suku bunga berjangka telah memperkirakan kenaikan suku bunga AS sekitar pertengahan 2022, tetapi hanya mencapai setinggi sekitar 1,5 persen pada akhir 2026 dan investor tetap waspada terhadap perubahan itu dengan cepat.

Namun, angka inflasi tahun-ke-tahun di atas 7 persen, terhadap ekspektasi ekonom sebesar 6,7 persen, dapat mengubah banyak hal. Dalam catatan Ibrahim, potensi kenaikan suku bunga juga tetap menarik di seluruh Atlantik.

Anggota eksternal Komite Kebijakan Moneter Bank of England,  Michael Saunders, sedang menunggu informasi lebih lanjut tentang varian baru omicron COVID-19 sebelum memutuskan bagaimana memberikan suara pada pertemuan bank sentral di akhir bulan. Saunders memilih untuk menaikkan suku bunga pada November.

 

 

* Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

2 dari 3 halaman

Sentimen Dalam Negeri

Walaupun data internal cukup stabil namun Pemerintah dan Bank Indonesia (BI) terus memantau ketat pergerakan nilai tukar rupiah dalam beberapa hari terakhir yang terus melemah terhadap dolar Amerika Serikat (AS).

“Pelemahan ini murni dipengaruhi oleh faktor global, khususnya penyebaran varian baru covid-19 omicron dan kebijakan bank sentral AS (The Fed),” ujar Ibrahim.

Selain itu, arah kebijakan bank sentral AS federal reserve (The Fed) yang cenderung hawkish, artinya ada kemungkinan tapering dipercepat dari rencana sebelumnya. Sebagai bentuk respons perekonomian dalam negeri AS.

Meski demikian, Ibrahim menilai pelemahan nilai tukar rupiah masih terjaga dibandingkan dengan negara berkembang lainnya. Bank Indonesia (BI) terus berada di pasar dan menjamin ketersediaan valuta asing untuk mencukupi kebutuhan investor. Sehingga nilai tukar rupiah akan dijaga sesuai level fundamental.

Selain itu, Bank Indonesia terus berupaya untuk menstabilkan mata uang garuda yang dalam bulan-bulan terakhir ini masih cukup stabil tidak jauh dari 14.500, mengendalikan inflasi dan melakukan koordinasi dengan Pemerintah termasuk OJK dan LPS untuk menentukan bauran kebijakan demi menjaga kedaulatan ekonomi.

Salah satu bauran kebijakan yang sudah di jalankan adalah penurunan suku bunga dan menjaga inflasi agar tetap rendah dan terkendali.

“Yang terpenting adalah Bank Indonesia (BI) terus berada di pasar dan menjamin ketersediaan valuta asing untuk mencukupi kebutuhan investor. Sehingga nilai tukar rupiah akan dijaga sesuai level fundamental, sehingga BI meyakini pelemahan rupiah bersifat sementara dan akan kembali menguat dalam waktu dekat,” kata Ibrahim.

3 dari 3 halaman

BI Jaga Pasar Domestik

Dia menuturkan, kondisi ini bersifat temporer dan BI terus menjaga pasar domestik dengan respons bauran kebijakan yang terukur, baik dari sisi nilai tukar, manajemen likuiditas, GWM maupun suku bunga.

Oleh karena itu, Pemerintah terus melakukan pengawasan serta melakukan evaluasi kebijakan pemulihan ekonomi tujuannya agar strategi bauran yang sudah diterapkan apakah bisa berjalan sesuai dengan regulasi yang ada atau malah melenceng dari regulasi.

"Sehingga di sinilah pemerintah harus bisa hadir dan menjelaskan tentang kondisi yang sebenarnya terhadap pasar sehingga pasar kembali percaya," ujar dia.