Liputan6.com, Jakarta Ipsos Global Trends 2021 mengungkapkan, delapan dari sepuluh di pasar seluruh dunia menyatakan belanja online lebih mudah daripada berbelanja di toko tradisional.
Menurut Ipsos, Indonesia memiliki persentase tertinggi (73 persen) di antara 25 negara yang disurvei dalam Ipsos Global Trends 2021: Aftershocks and continuity. Berbeda halnya dengan Afrika Selatan (59 persen), Kenya (60 persen), dan Nigeria (65 persen) yang mayoritas penduduknya merasa berbelanja di secara online masih lebih sulit dibandingkan di toko tradisional atau secara offline.
Baca Juga
Dikutip dari rilis Ipsos, Selasa (7/12/2021) Global Trends 2021: Afthershocks and continuity adalah laporan terbaru dari rangkaian survei Global Trends oleh Ipsos, guna memahami bagaimana nilai-nilai global yang bergeser di bawah tekanan pandemi.
Advertisement
Ipsos Global Trends 2021 ini mencakup 24.000 responden dari 25 negara, yaitu Amerika Serikat, Inggris, Italia, dan sejumlah negara Asia, termasuk Indonesia, Singapura, Thailand, China, India, dan lainnya.
Secara lebih rinci, dalam laporan Ipsos Global Trends 2021 membeberkan sikap belanja online konsumen selama pandemi dan tren ke depannya.
Diungkapkan dalam laporan itu, mayoritas konsumen dunia mengakui dapat menemukan penawaran lebih baik saat belanja online dibandingan di toko. Fenomenan ini pun tak terkecuali di Indonesia, yang menempati urutan ke-4 di antara negara tersurvei lainnya, dengan presentase 83 persen konsumennya setuju bahwa mereka dapat menemukan penawaran lebih baik saat berbelanja online dibandingkan di toko.
Sebanyak 81 persen konsumen di Indonesia pun mengaku percaya pada rekomendasi online dari aplikasi atau situs terkenal, menurut Ipsos Global Trends 2021.
Â
Â
* Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.
Produk Lokal
Laporan Ipsos Global Trends 2021 juga mengungkapkan, pentingnya penyelarasan merek dengan nilai pribadi telah dipercepat selama pandemi: tahun 2021 ini, 7 dari 10 di 25 pasar dunia setuju bahwa mereka cenderung membeli merek yang mencerminkan nilai pribadi mereka (70 persen).
Hubungan ini paling kuat terjadi di Nigeria, yang mencapai 91 persen, persen di China, Kenya dan Filipina keduanya 85 persen, dan Indonesia 81 persen, sementara orang Meksiko dan Denmark ditemukan paling tidak setuju dengan masing-masing 51 persen.
Kemudian terkait pemilihan merek, Ipsos Global Trends 2021 menemukan, mayoritas pasar di dunia masih belum banyak memilih merek lokal.
Mereka berpendapat bahwa merek global memilik produk yang lebih unggul dibandingkan merek lokal negaranya, seperti di Nigeria yang mencapai 77 persen, Kenya 67 persen, India 62 persen, Thailand 58 persen, dan Singapura 55 persen.
Namun hal itu berbeda di pasar Indonesia, di mana 59 persen konsumen tidak setuju bahwa merek global memiliki produk lebih baik daripada merek lokal.
Hal ini selaras dengan data pada survei yang sama bahwa 87 persen konsumen di Indonesia lebih cenderung untuk memilih membeli produk lokal dibandingkan produk global.
“Untuk pasar Indonesia, dari data hasil survei Ipsos Global Trends 2021 terlihat nyata bahwa belanja online dan pilihan merek lokal sangat menonjol dan peningkatanya sangat signifikan bila dibandingkankan sebelum pandemi. Selain karena faktor kemudahan penggunaan saluran belanja online, seperti aplikasi, situs, sosial media, dan lainnya, faktor kemudahan menemukan penawaran atau promo lebih banyak dan lebih baik menjadi salah satu pertimbangan konsumen lebih cenderung memilih belanja online dibandingkan di toko," papar Managing Director Ipsos in Indonesia, Soeprapto Tan.
"Dan untuk pilihan merek lokal, konsumen merasakan merek lokal Indonesia saat ini dapat bersaing bahkan dengan merek global. Untuk itu, saya melihat produk lokal dan belanja online masih akan tetap menjadi pilihan konsumen ke depannya," lanjutnya.
Tidak sampai disitu, Ipsos Global Trends 2021 juga menyebutkan bahwa kesadaran masyarakat Indonesia terhadap perubahan iklim duduki peringkat tertinggi di dunia yaitu hingga 96 persen.
Sembilan dari sepuluh warga Indonesia (90 persen) juga optimis dengan perkembangan sains akan mengalahkan semua penyakit.
Adapun temuan lainnya yaitu 80 persen masyarakat Indonesia tidak dapat membayangkan hidup tanpa internet.
Advertisement