Liputan6.com, Jakarta - Direktur Utama PT Pertamina Power Indonesia Dannif Danusaputro menyoroti pelaku industri di Indonesia yang belum bisa lepas dari pemakaian energi fosil, meskipun dunia kini tengah beralih pada sektor energi baru terbarukan (EBT).
Dannif menilai, Indonesia belum akan bisa sepenuhnya lepas dari energi fosil dalam waktu dekat untuk mengurangi jumlah emisi karbon.
"Transisi ini tidak akan terjadi dalam jangka waktu yang mepet. Jadi tidak akan terjadi dalam jangka waktu yang instan," ujar dia dalam sesi webinar, Rabu (8/12/2021).
Advertisement
Bahkan, ia memperkirakan, pembuangan emisi karbon tetap terjadi di Indonesia sampai 2060. Situasi ini berkebalikan dengan target pemerintah yang ingin mencapai net zero emission pada tahun tersebut.
"Kalau kita lihat, konsumsi fosil akan terus terjadi dan ada sedikit growth, tapi sangat landai. Sehingga akan terus ada emisi karbon, even sampai 2060," kata Dannif.
Memitigasi hal tersebut, ia menyarankan pemakaian renewable energy perlu ditingkatkan di setiap kegiatan atau proyek, sehingga negara bisa mengurangi emisi karbon tersebut.
Menurut catatannya, pengeluaran emisi terbesar sejauh ini masih berasal dari pembangkit listrik. Pada 2020, hampir 280 juta metrik ton emisi karbon dioksida dihasilkan sektor pembangkit listrik.
"Terus ditambah oleh sektor transportasi. Dari mobil, motor yang sehari-hari kita pakai, dan juga yang paling besar dari bus antar kota, semuanya sekarang ini hampir 100 persen memakai fossil fuel," tuturnya.
Baca Juga
* Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.
Jika Tak Bertindak, Emisi Karbon Bakal Capai 2.000 Juta Ton di 2060
Sebelumnya, pemerintah tengah berupaya mendorong penggunaan energi hijau di berbagai sektor. Hal ini juga menjadi perhatian negara-negara global jntuk menekan tingkat emisi dari pemanfaatan energi fosil yang berdampak pada lingkungan.
Hingga 2020, bauran energi baru terbarukan (EBT) di Indonesia baru mencapai 11,2 persen dari total pemanfaatan energi. Hal ini perlu terus didorong guna mencapai target Net Zero Emission pada 2060 mendatang.
"Sampai 2020, bauran energi primer untuk energi baru terbarukan baru 11,2 persen, masih memerlukan upaya konkret dan terencana untuk mencapai target bauran," kata Sekretaris Jenderal Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM), Ego Syahrial, dalam Pertamina Energy Webinar, Selasa (7/12/2021).
Ia mengatakan hingga tahun yang sama, total emisi telah mencapai 587 ton Co2 ekuivalen dengan dominasi dari penggunaan pembangkit berbasis fosil, sektor transportasi, dan industri.
"Kami harap dengan implementasi strategi menuju Net Zero Emission dapat menekan emisi hanya sekitar 400 juta ton pada 2060," ujarnya.
Namun, jika tidak melakukan upaya apa pun, diperkirakan jumlah emisi yang diproduksi pada 2060 akan melonjak secara drastis.
"Kalau kita tidak melakukan apa-apa atau business as usual, emisi karbon diprediksi akan berada pada 2000 juta ton pada 2060," kata dia.
Advertisement