Liputan6.com, Jakarta PT Angkasa Pura I (Persero) membuka opsi pensiun dini bagi karyawannya di 2022 mendatang. Langkah ini untuk menyehatkan keuangan Angkasa Pura I yang saat ini tercatat memiliki utang sebesar Rp 28 triliun per November 2021.
"Jadi konsepnya sudah ada tapi belum mulai diterapkan, kan nanti untuk tahun 2022," kata Direktur Utama Angkasa Pura I, Faik Fahmi di Hotel Pan Pacific, Jakarta, Senin (13/12).
Sejauh ini perusahaan pelat merah memang belum memutuskan untuk melakukan pensiun dini. Sebab, secara pararel Perseroan juga masih melihat perkembangan daripada trafik penumpang di 15 bandara kelolaan AP I.
Advertisement
"Saya gembira sekarang ini perkembangan trafik domestik ini naik cukup signifikan," ujarnya.
Sebagai gambaran saja, di bulan Desember rata-rata trafik pemumpang per hari di 15 bandara sudah 118 ribu penumpang. Ini meningkat jika dibandingkan posisi November 2021.
"Jadi ini kan sudah terus membaik, apalagi kan tidak jadi diterapkan PPKM," ujarnya.
Â
* Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.
Utang AP I Tembus Rp 32 triliun
PT Angkasa Pura I blak-blakan mengenai kondisi utang perusahaan terjadi akibat dampak dari pandemi Covid-19. Hingga September 2021, utang Perseroan tercatat mencapai Rp32 triliun.
Total utang tersebut merupakan kewajiban bayar perusahaan kepada kreditur dan investor yang nilainya mencapai Rp28 triliun. Sementara sisanya Rp4,7 triliun adalah kewajiban dibayarkan kepada karyawan dan supplier.Â
"Perlu kami sampaikan di sini adalah sebenarnya kondisi angkasa pura I itu tidak seburuk dari yang diberitakan media selama ini. Sehingga total kewajiban kita sekitar Rp3,27 triliun," kata Faik saat konferensi pers, Rabu (8/12).
Dia menjelaskan, posisi utang besar tersebut terjadi karena sebelum pandemi Covid-19 AP I disibukan dengan membangun 10 bandara. Pembangunan itu dilakukan untuk menyelesaikan persoalan masalah jumlah kapasitas penumpang. Di mana jumlah penumpang dilayani AP I lebih tinggi dari kapasitas tersedia di bandara pengelolaan.
Contohnya saja, di 2017 kapasitas bandara AP 1 diperuntukan hanya untuk 71 juta penumpang per tahun. Namun realisasi penumpangnya sudah 90 juta per tahun. Dan meningkat lagi di 2018 menjadi 90 juta lebih penumpang per tahun.
"Jadi bisa dibayangkan dengan realisasi penumpang tinggi dari kapasitas dan muncul persoalan pelayanan," kata dia.
 Â
Reporter: Dwi Aditya Putra
Sumber: Merdeka.com
Advertisement