Sukses

Sri Mulyani Ungkap Banyak Istilah Genit di Forum G20, Terlalu Eksklusif

Sri Mulyani menyinggung sejumlah istilah eksklusif atau atau istilah sulit yang menjadi bahasan dalam beragam forum di G20.

Liputan6.com, Jakarta - Gelaran G20 di Indonesia turut menyita perhatian seluruh pemangku kepentingan di bidang keuangan dan bisnis. Bahkan, tak sedikit juga masyarakat yang memberikan perhatian kepada gelaran G20.

Menteri Keuangan (Menkeu) Sri Mulyani Indrawati menyinggung sejumlah istilah eksklusif atau atau istilah sulit yang menjadi bahasan dalam beragam forum di G20. Diantaranya exit policy, scaring effect, finance track hingga sherpa track.

“Kalau untuk yang lain seperti exit policies, scaring effect itu hanya bahasanya para deputy finance minister, jadi mereka (masyarakat) juga tidak tahu apa itu exit policy, yang tahu exit dari tol, baru tahu, tapi exit policy itu apa? Jadi itu kegenitan dari para deputy aja yang tahu,” terangnya dalam Working Lunch, Outlook Ekonomi Indonesia 2022, Rabu (15/12/2021).

Sebelumnya ia mengingatkan bahwa kolaborasi menjadi poin penting dalam upaya pemulihan ekonomi. Misalnya dalam memperbaiki respons kebijakan kesehatan dan keuangan dari sisi mengatasi perubahan iklim.

“dan project financing untuk infrastruktur yang mendukung climate change itu jadi tema-tema deliverable yang konkret di mata masyarakat,” katanya.

Untuk itu, ia meminta jajaran yang mengatur pelaksanaan forum G20 di Indonesia bisa menterjemahkan bahasa eksklusif itu agar lebih bisa dimengerti oleh masyarakat.

Scaring effect juga tidak ada yang tahu apa itu scaring effect. Jadi saya minta mungkin perlu untuk teman-teman yang meng-organize G20 itu jangan terlalu terpaku kepada kalimat yang ada di G20 yang eksklusif, harusnya bisa menerjemahkan kepada bahasa masyarakat sehingga mereka bisa melihat manfaatnya dari G20 ini,” katanya.

“Tentu kerja sama dari finance track dan sherpa track akan menjadi sangat-sangat penting. Lagi-lagi itu kata-kata finance dan sherpa track itu masyarakat tidak tahu. Pokoknya yang penting seluruh menteri kayaknya sibuk mengurus G20. Jadi kita juga perlu mungkin menterjemahkan kedalam bahasa biasa lagi,” imbuhnya.

 

* Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

2 dari 2 halaman

Konkret

Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati sempat menyinggung penanganan atau pengendalian perubahan iklim yang terjadi saat ini dan kedepannya. ia pun meminta jajaran Badan Layanan Umum (BLU/SMV) di Kementerian Keuangan untuk melakukan hal yang konkret.

“Untuk agenda climate change dan infrastructure finance termasuk blended finance akan jadi deliverable yang nyata. Saya minta untuk teman-teman di jajaran kementerian keuangan di SMV bisa menciptakan showcase yang konkret,” katanya dalam Working Lunch, Outlook Ekonomi Indonesia 2022, Rabu (15/12/2021).

“Sehingga kita bisa menunjukkan tidak hanya upaya kita sendiri tapi upaya secara bersama2 secara global,” imbuhnya.

Ia menyoroti, dalam pembahasan di forum G20 itu, penanganan climate change bukan hanya soal komitmen menurunkan tingkat emisi CO2. Tapi juga upaya konkret untuk menurunkan emisi tersebut.

“Bagiaman penanganan climate change tidak hanya dari sisi komitmen penurunan CO2 tapi konkret kepada proyek-proyek yang mendukung untuk tercapainya komitmen penurunan CO2,” terangnya.

Ia menekankan kepada jajaran BLU di bawah kepemimpinannya mampu untuk membantu hal tersebut. baik dari sisi pembiayaan, sisi belanja, hingga perpajakan.

“Saya akan minta ke seluruh SMV kita dan instrumen yang kita miliki baik itu instrumen pembiayaan maupun instrumen dari sisi belanja dan perpajakan untuk mendukung deliverables tersebut,” katanya.