Sukses

Harga Minyak Dunia Sentuh USD 75 per Barel

Permintaan dan harga minyak kembali bangkit di 2021 usai runtuh pada tahun lalu.

Liputan6.com, Jakarta Harga minyak dunia naik di atas USD 75 per barel didukung rekor permintaan AS dan penurunan stok minyak mentah.

Kondisi tetap terjadi di tengah penyebaran varian virus corona Omicron mengancam untuk mengerem konsumsi minyak secara global.

Minyak mentah dan aset berisiko lainnya seperti ekuitas juga mendapat dorongan setelah Federal Reserve AS memberikan prospek ekonomi yang optimis.

Hal ini yang mengangkat semangat investor bahkan ketika The Fed menandai berakhirnya stimulus moneter yang telah lama ditunggu-tunggu.

Melansir laman CNBC, Jumat (17/12/2021), harga minyak mentah berjangka Brent naik USD 1,14, atau 1,5 persen menjadi USD 75,02 per barel.

Adapun harga minyak mentah berjangka West Texas Intermediate naik USD 1,51, atau 2,13 persen menjadi USD 72,38 per barel.

Permintaan minyak kembali bangkit di 2021 usai runtuh pada tahun lalu. Bahkan Lembaga Administrasi Informasi Energi AS (EIA) AS mengatakan produk yang dipasok kilang, proksi untuk permintaan, melonjak pada minggu terakhir menjadi 23,2 juta barel per hari (bph).

“Angka-angka ini menunjukkan latar belakang ekonomi yang sehat,” kata Tamas Varga dari pialang minyak PVM.

“Meskipun pengumuman The Fed memicu lonjakan harga minyak dan ekuitas, penarikan dukungan ekonomi bersama dengan krisis Omicron adalah dua hambatan utama yang dihadapi pasar minyak saat ini,” tambahnya.

 

2 dari 2 halaman

Dampak Omicron

Memberikan dukungan harga lebih lanjut, EIA juga melaporkan bahwa stok minyak mentah AS turun 4,6 juta barel, lebih dari perkiraan analis.

Kekhawatiran tentang virus dan prospek surplus pasokan tahun depan, seperti yang ditandai oleh Badan Energi Internasional dalam laporan bulanannya minggu ini, membatasi kenaikan.

Inggris dan Afrika Selatan melaporkan rekor kasus COVID-19 harian. Sementara banyak perusahaan di seluruh dunia meminta karyawan untuk bekerja dari rumah, yang dapat membatasi permintaan di masa mendatang.

"Kami skeptis meskipun ada berita terbaru bahwa sentimen baik di pasar minyak akan terbawa ke kuartal pertama," kata Barbara Lambrecht dari Commerzbank. “Bagaimanapun, surplus pasokan yang substansial sedang membayangi.”