Pengusaha yakin Indonesia bisa dengan mudah menjadi eksportir tekstil terbesar ketiga di pasar global. Posisi tersebut bisa diraih apabila pemerintah mempercepat kerjasama perdagangan dan perekonomian dengan Uni Eropa.
"Nggak sulit kok bagi Indonesia untuk bisa menjadi pemain besar di bidang tekstil nomor tiga di dunia," ujar Ketua Asosiasi Pertekstilan Indonesia (API), Ade Sudrajat, Selasa (8/7/2013).
Dia mengatakan dukungan pemerintah sangat diperlukan dalam upaya menggenjot pengiriman tekstil Indonesia ke luar negeri. Dukungan yang bisa dilakukan seperti segera merealisasikan komitmen kerjasama dengan pemain utama tekstil, Uni Eropa.
"Pemerintah diharapkan dapat membantu pengusaha tekstil melalui percepatan kerjasama dengan Uni Eropa. Pasalnya nilai bea masuk dari ekspor industri tekstil dan sepatu kita mencapai 12 persen-16 persen," jelas dia.
Selama ini, dia menyebut, Uni Eropa menjadi salah satu negara tujuan ekspor Indonesia, selain Amerika Serikat dan Jepang. "Uni Eropa bukanlah kompetitor kita, karena antar produk tekstil Indonesia dan Uni Eropa saling melengkapi satu sama lain, sehingga penjualan ekspor mampu dimaksimalkan," ungkap Ade.
Dia memperkirakan volume ekspor bahkan bisa melonjak 70 persen dalam jangka waktu relatif singkat jika pasar Eropa terbuka lebih mudah. "Ekspor dapat meningkat lebih dari dua kali lipat dari target 2013 yang ditetapkan sebesar US$ 13,4 miliar. Angka ini naik 6 persen dari tahun lalu sebesar US$ 12,6 miliar," paparnya. (FIK/NUR)
"Nggak sulit kok bagi Indonesia untuk bisa menjadi pemain besar di bidang tekstil nomor tiga di dunia," ujar Ketua Asosiasi Pertekstilan Indonesia (API), Ade Sudrajat, Selasa (8/7/2013).
Dia mengatakan dukungan pemerintah sangat diperlukan dalam upaya menggenjot pengiriman tekstil Indonesia ke luar negeri. Dukungan yang bisa dilakukan seperti segera merealisasikan komitmen kerjasama dengan pemain utama tekstil, Uni Eropa.
"Pemerintah diharapkan dapat membantu pengusaha tekstil melalui percepatan kerjasama dengan Uni Eropa. Pasalnya nilai bea masuk dari ekspor industri tekstil dan sepatu kita mencapai 12 persen-16 persen," jelas dia.
Selama ini, dia menyebut, Uni Eropa menjadi salah satu negara tujuan ekspor Indonesia, selain Amerika Serikat dan Jepang. "Uni Eropa bukanlah kompetitor kita, karena antar produk tekstil Indonesia dan Uni Eropa saling melengkapi satu sama lain, sehingga penjualan ekspor mampu dimaksimalkan," ungkap Ade.
Dia memperkirakan volume ekspor bahkan bisa melonjak 70 persen dalam jangka waktu relatif singkat jika pasar Eropa terbuka lebih mudah. "Ekspor dapat meningkat lebih dari dua kali lipat dari target 2013 yang ditetapkan sebesar US$ 13,4 miliar. Angka ini naik 6 persen dari tahun lalu sebesar US$ 12,6 miliar," paparnya. (FIK/NUR)