Liputan6.com, Jakarta - Kinerja penjualan properti PT Lippo Karawaci Tbk (LPKR) diprediksi cenderung meningkat di atas 10 persen pada 2022. Kinerja ini meneruskan tren positif pada 2021.
Analis Citigroup Securities Indonesia Felicia Asrinanda Barus memperkirakan Lippo Karawaci mampu mempertahankan pertumbuhan pra penjualan di atas 10 persen pada 2022.
"Estimasi kami, Lippo Karawaci mampu membukukan pertumbuhan pra penjualan sekitar 12 persen year on year (YoY) pada tahun 2022," ujar Felicia, Kamis (23/12/2021)
Advertisement
Ada sejumlah faktor yang mendorong kinerja pra penjualan Lippo Karawaci pada 2022. Pertama, Lippo Karawaci berencana meluncurkan produk premium dengan harga jual rata-rata di atas Rp 2 miliar per unit di Lippo Village.
Kedua, Lippo Karawaci juga memiliki proyek skala kota (township) yang sudah mapan di Lippo Village dan Lippo Cikarang dengan tingkat permintaan tinggi di atas 70 perse di masa pandemi.
Ketiga, land bank Lippo Karawaci di township masih memadai untuk pembangunan jangka panjang hingga lebih dari 15 tahun ke depan. Keempat, pra penjualan proyek apartemen Lippo Karawaci diperkirakan bertumbuh sekitar 32 persen pada 2022, sehingga mendorong kinerja pra penjualan perseroan secara keseluruhan.
Baca Juga
* Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.
Optimistis Sambut 2022
Analis Ciptadana Sekuritas Yasmin Soulisa juga memprediksi Lippo Karawaci mampu menumbuhkan pendapatan menjadi Rp 17,1 triliun pada tahun 2022, dengan perolehan laba bersih Rp 233 miliar. Pada tahun 2021, Lippo Karawaci diprediksi meraih pendapatan Rp 13,88 triliun dan laba bersih Rp 79 miliar.
“Pendapatan LPKR pada tahun 2022 turut ditopang penjualan apartemen dan rumah tapak yang sudah dibangun. Dapat diperkirakan bahwa LPKR memiliki persediaan properti Rp 1,2 triliun," ujarnya.
CEO Lippo Karawaci John Riady memandang optimistis sektor properti pada tahun 2022, setelah mengalami pemulihan signifikan pada tahun 2021. Hal ini juga didukung oleh sejumlah insentif dari pemerintah, suku bunga rendah, dan tingginya permintaan di segmen milenial.
”Bisa dibilang sektor properti selama pandemi justru dipilih menjadi sarana investasi yang fungsional oleh golongan milenial. Ke depan, sektor properti masih sangat prospektif mengingat rasio kepemilikan rumah yang masih rendah di Indonesia,” kata John.
Advertisement