Sukses

10 CEO Ini Sempat Cicipi Posisi Miliarder Tapi Kemudian Lengser

Simak deretan 10 tokoh yang sempat menjadi miliarder, tetapi tidak bertahan dalam waktu lama.

Liputan6.com, Jakarta - Keberuntungan kerap datang tiba-tiba, tetapi juga bisa menghilang secara mendadak. Seperti bagaimana jika seseorang menjadi miliarder, tetapi tidak bertahan dalam waktu yang lama?.

Ternyata ini benar-benar terjadi. Tidak semua miliarder tetap super kaya selamanya. Kekayaan mereka pun ada yang bertahan hanya beberapa jam.

Volatilitas tahun 2021—tahun di mana bisnis masih dilanda gangguan COVID-19 yang berkelanjutan dan serangkaian penawaran saham publik yang tidak menentu, memunculkan sejumlah miliarder baru yang masa jabatannya hanya berlangsung beberapa bulan, hari atau bahkan hanya beberapa menit.

Dikutip dari laman Forbes, Jumat (24/12/2021) berikut adalah 10 orang yang sempat menduduki kursi miliarder pada 2021, dengan masa ketahanan yang singkat (kekayaan bersih pada penutupan perdagangan pada 15 Desember 2021) :

1. Pendiri dan CEO Grab, Anthony Tan

Pada 2 Desember 2021, salah satu pendiri dan CEO Grab, yakni Anthony Tan menjadi miliarder selama beberapa jam setelah IPO raksasa transportasi onlinenya.

Grab menjadi perusahaan publik melalui merger SPAC dalam kesepakatan yang menghargai "aplikasi super" (menawarkan perbankan online, pemesanan hotel, dan layanan asuransi juga) senilai USD 40 miliar dan mencatat rekor merger SPAC terbesar di dunia.

Saham Anthony Tan di Grab mencapai USD 1 miliar ketika saham tersebut dibuka pada perdagangan dengan nilai masing-masing USD 13,06.

Tetapi beberapa jam kemudian, saham Grab tersebut dengan cepat jatuh dan kehilangan sekitar sepertiga nilainya menjadi USD 8,75 per saham.

Sejak itu, saham Grab terus turun dan ditutup pada 15 Desember hanya senilai USD 7.14.

2. Pendiri dan CEO Nerdwallet, Tim Chen

Pendiri dan CEO Nerdwallet,  Tim Chen menjadi miliarder kurang dari sehari ketika perusahaannya go public pada 4 November 2021.

Nerdwallet, merupakan perusahaan konsultasi keuangan pribadi—digunakan oleh orang-orang yang mencari nasihat tentang kartu kredit, hipotek.

Perdagangan saham Nerdwallet dibuka dengan nilai USD 23,50 per saham sebelum melonjak menjadi USD 34,44.

Pada puncaknya, 31,7 juta saham yang dikumpulkan Chen sebagai pendiri dan CEO, melonjak ke nilai usd 1,09 miliar. Tetapi saham tersebut anjlok hanya dalam beberapa jam menjadi USD 23,40 dan belum melampaui USD 30 sejak itu.

3. Presiden Global DiDi, Jean Qing Liu

Jean Qing Liu, presiden raksasa jasa taksi online di China, DiDi Global, dan suaminya Will Wei Cheng, CEO dan ketua perusahaan, menjadi miliarder ketika DiDi mencatatkan sahamnya di Bursa Efek New York pada Juni 2021, dengan perkiraan kekayaan bersih masing-masing sebesar USD 1,1 miliar dan USD 4,4 miliar.

Tetapi kurang dari seminggu, saham DiDi menurun 27 persen, membuat kekayaan Liu turun di bawah USD 1 miliar.

Saham DiDi sekarang turun sekitar 60 persen sejak IPO-nya. Sementara itu, Cheng masih seorang miliarder, dengan perkiraan kekayaan bersih sebesar USD 1,9 miliar.

 

2 dari 4 halaman

4. Pendiri dan CEO Joby Aviation, JoeBen Bevirt

Masa singkat JoeBen Bevirt sebagai miliarder dimulai dengan IPO pada bulan Agustus melalui penggabungan SPAC dari perusahaan taksi udaranya yang berbasis di Santa Cruz, California, Joby Aviation.

Saham Joby Aviation, yang naik 6 persen menjadi ditutup dengan nilai USD 10,90 pada hari pertama perdagangan.

Kenaikan tersebut menjadikan Bevrit sebagai miliarder pertama dari sektor jasa penerbangan, dengan perkiraan kekayaan bersih USD 1,1 miliar.

Joby mengatakan pihaknya berencana untuk menerima sertifikasi untuk pesawatnya dari Federal Aviation Administration pada 2023. Garis waktu telah mempersulit investor untuk mempertahankan tingkat antusiasme yang sama, membuat nilai saham Joby Aviation turun 42 persen dari IPO pada 15 Desember 2021.

5. CEO dan ketua BeachBody, Carl Daikeler

CEO dan ketua BeachBody, Carl Daikeler, menjadi miliarder kurang dari empat bulan, dengan kekayaan bersih sebesar USD 320 juta.

Daikeler membawa perusahaan kebugaran asal AS, Beachbody, ke publik melalui merger SPAC pada bulan Juni dengan harapan memanfaatkan momentum pandemi.

Penggabungan dengan perusahaan pembuat sepeda olahraga Myx Fitness dimaksudkan untuk membangun Beachbody menjadi pesaing kuat.

Tetapi saham BeachBody telah jatuh lebih dari 80 persen sejak merger SPAC karena pembatasan COVID-19 mengeringkan banyak antusiasme untuk perusahaan peralatan kebugaran.

Pendapatan kuartal ketiga Beachbody juga turun 17 persen dari tahun sebelumnya, menjadi USD 208,1 juta, sementara kerugian naik USD 39,9 juta dari USD 13,8 juta tahun lalu.

Menurut perkiraan Forbes, Daikeler berhenti menjadi miliarder pada bulan September.

6. Pendiri 23andMe, Anne Wojcicki

Pendiri pengujian genetika asal AS, 23andMe, yakni Anne Wojcicki mejadi miliarder kurang dari enam bulan dengan kekayaan bersi USD 765 juta.

Namun, saham 23andMe turun di bawah nilai USD 1 miliar pada bulan Juli, kemudian menguat pada awal Oktober dan jatuh lagi pada November karena saham anjlok di tengah pendapatan yang tertinggal, kerugian besar, dan perjuangannya untuk beralih ke pengembangan obat.

Saham 23andMe turun 43 persen sejak merger.

Catatan: Forbes belum dapat mengonfirmasi jumlah aset Wojcicki lainnya di luar saham 23andMe, menyusul perceraiannya pada tahun 2015 silam dengan salah satu pendiri Google Sergey Brin.

 

3 dari 4 halaman

Miliarder Lainnya

7. Pendiri dan CEO LoanDepot, Anthony Hsieh

Pendiri dan CEO LoanDepot, Anthony Hsieh menjadi miliarder kurang dari delapan bulan dengan kekayaan bersih sebesar USD 649 juta.

Saham perusahaan emberi pinjaman hipotek yang berbasis di California, LoanDepot turun hampir 80% persen di bawah harga IPO mereka. Perusahaan telah berjuang melawan tekanan buruk tetapi sebagian besar berjuang melawan tren pasar perumahan yang lebih luas—yaitu ketakutan akan kenaikan suku bunga—yang telah  lebih keras daripada beberapa pesaingnya yang lebih besar.

8. Pendiri dan CEO Bumble, Whitney Wolfe Herd

Whitney Wolfe Herd, pendiri dan CEO perusahaan aplikasi kencan Bumble, menjadi miliarder kurang dari sebelas bulan dengan kekayaan bersih senilai USD 970 jutaketika dia mengumumkan perusahaannya secara publik pada bulan Februari.

IPO—yang kedua untuk aplikasi kencan itu meningkat 21 persen.

Namun, laporan pendapatan kuartalan Bumble pada bulan November menunjukkan penurunan secara keseluruhan yang berpusat di sekitar aplikasi kencan lainnya, Badoo, yang populer di luar AS.

Tanda bahaya dalam laporan tersebut membuat investor panik. Nilai kekayaan bersih Wolfe Herd kini berada di bawah angka USD 1 miliar, meskipun ia telah mendekati ambang batas sejak itu.

 

4 dari 4 halaman

Posisi Berikutnya

9. Pendiri dan CEO Peloton, John Foley

Dengan kekayaan bersih USD 707 juta, Pendiri dan CEO Peloton, John Foley menjadi miliarder hanya kurang dari setahun. 

Foley, salah satu pendiri dan CEO Peloton, pertama kali muncul di daftar miliarder Forbes pada April 2021 dengan kekayaan bersih yang sempat mencapai USD 1,5 miliar.

Peloton yang merupakan perusahaan peralatan olahraga di AS, Menjual sepeda stasioner dan treadmill yang dipasangkan di rumah, diuntungkan dari lonjakan minat di awal pandemi, dengan penjualan melonjak 250 persen selama kuartal pertama.

Tetapi seperti banyak penurunan di masa pandemi lainnya, bisnis di AS telah berjuang dengan pembukaan kembali gym.

CEO Peloton kehilangan status miliardernya pada awal November 2021 karena saham Peloton turun 30 persen dalam satu hari menyusul laporan pendapatan dengan perkiraan yang lemah. Saham tersebut turun lagi 30 persen  pada 15 Desember, yang memangkas kekayaan Foley.

10. Investor perawatan kesehatan dan filantropis, Jack Schuler

Investor perawatan kesehatan dan filantropis asal AS Jack Schuler, menjadi miliarder hanya kurang dari setahun. 

Schuler adalah mantan presiden Abbott Laboratories yang puluhan tahun berinvestasi dalam perawatan kesehatan.

Abbott Laboratories, sempat membuahkan hasil besar di awal pandemi. Hal itu membuat kekayaan bersih Schuler melonjak hingga USD 1,1 miliar setelah penawaran teknologi baru Abbott Laboratories, seperti alat tes COVID-19 yang dikembangkan oleh Quidel Corp.

Namun penurunan tajam dalam harga saham beberapa investasinya—termasuk Accelerate Diagnostics, Biodesix, dan Aspira Women's Health—sejak itu memangkas lebih dari USD 300 juta kekayaannya.